Bagi Tika, siswi SMA di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur, topik stunting awalnya terdengar asing. Ia tahu anak-anak di kampungnya banyak yang bertubuh pendek dan gampang sakit, tapi tak pernah benar-benar paham penyebabnya. Hingga suatu hari, sekolahnya kedatangan tim dari UNICEF dan CIMB Niaga dalam program "Peduli Gizi Anak". Di situlah, untuk pertama kalinya, Tika sadar bahwa urusan gizi dan keuangan keluarga ternyata saling berkaitan erat.
Program "Peduli Gizi Anak" ini adalah bagian dari kerja sama antara CIMB Niaga dan UNICEF yang dimulai sejak 2023 dan akan berjalan hingga 2026. Fokusnya adalah mengedukasi masyarakat, khususnya remaja dan keluarga di daerah dengan angka stunting tinggi, tentang pentingnya gizi seimbang dan cara mengatur keuangan rumah tangga. Salah satu lokasi utamanya adalah NTT, provinsi dengan prevalensi stunting tertinggi di Indonesia menurut data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022.
Belajar dari Kelas yang Tidak Biasa
Dalam sesi interaktif di sekolahnya, Tika dan teman-temannya belajar menghitung kebutuhan gizi harian dengan bahan makanan lokal, seperti ikan kering, sayur kelor, hingga telur ayam kampung. Mereka juga diminta menyusun rencana belanja mingguan berdasarkan anggaran yang realistis. "Biasanya kami asal belanja, sekarang jadi tahu harus pilih yang bergizi dan hemat," ujar Tika.
Di sesi berikutnya, mereka dikenalkan pada konsep literasi finansial dasar. Mulai dari cara mencatat pengeluaran keluarga, membedakan kebutuhan dan keinginan, sampai pentingnya menyisihkan uang untuk keperluan mendesak. Pendekatan ini sengaja dirancang agar sesuai dengan kondisi ekonomi masyarakat lokal.
Bagi Tika, ini bukan cuma pelajaran tambahan, tapi pengalaman baru yang membuatnya berpikir lebih panjang soal masa depan. "Saya jadi mikir, kalau nanti punya anak, harus bisa atur uang dan kasih makan yang baik," katanya.
Banking for Good yang Nyata di Akar Rumput
Selama ini, literasi keuangan sering kali diasosiasikan dengan dunia urban aplikasi digital, investasi, dan jargon ekonomi. Tapi program seperti "Peduli Gizi Anak" menunjukkan bahwa banking for good bisa punya makna yang jauh lebih dalam, terutama saat menjangkau masyarakat yang belum tersentuh layanan keuangan formal.
Di ulang tahun ke-70 nya, CIMB Niaga memilih memperluas makna customer experience ke ranah yang lebih inklusif. Ini bukan hanya soal aplikasi seperti OCTO Mobile atau OCTO Clicks yang user-friendly, tapi juga bagaimana menghadirkan kehadiran bank secara nyata dan relevan dalam kehidupan masyarakat yang paling rentan.
Melalui program seperti ini, CIMB Niaga menunjukkan pendekatan customer centricity yang tidak hanya fokus pada kenyamanan pengguna digital, tapi juga menyentuh lapisan masyarakat yang justru paling membutuhkan literasi dasar, baik soal keuangan maupun kesehatan.
Dampak Nyata di Komunitas
Tika sekarang mulai sering membantu ibunya mencatat pengeluaran dapur. Mereka menyusun menu mingguan berdasarkan kebutuhan gizi dan kemampuan keuangan keluarga. Di sekolah, Tika juga mulai aktif berbagi tips makanan sehat dengan teman-temannya. Ia bahkan bercita-cita menjadi bidan agar bisa membantu anak-anak tumbuh sehat di desanya.
Apa yang dilakukan CIMB Niaga bersama UNICEF ini memang bukan proyek yang langsung viral atau ramai di media sosial. Tapi dampaknya nyata, langsung terasa, dan menyentuh kehidupan orang-orang seperti Tika. Ini adalah bentuk customer experience yang menyatu dengan kehidupan masyarakat, bukan sekadar angka dalam laporan tahunan.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI