Mohon tunggu...
Melin Tri Murti 190402080017
Melin Tri Murti 190402080017 Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Unikama

Pelajar di salah satu Universitas di Malang Jawa Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hilangnya Seorang Traveler

20 November 2020   17:18 Diperbarui: 20 November 2020   17:24 88
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Pernahkah didalam hidupmu kau mengalami sesuatu yang tak pernah kau bayangkan akan menimpamu ? Mati dengan keadaan terburuk misalnya. Jika tidak aku akan membagikan sebuah kisah yang mungkin akan membuatmu berpikir dua kali untuk tidur sendirian malam ini. Ini adalah kisah seorang traveler yang menghilang dan tak pernah ditemukan. Hingga sekarang, tak pernah ada yang tahu apakah dia masih hidup atau mungkin telah menemui ajalnya. Mari kita mulai kisah mencekam ini dan kusarankan untuk tak membaca kisah ini sendirian. 

Musim semi,12 Mei 1999, Seorang traveler berkebangsaan Inggris datang ke Pennsylvania untuk pertama kali. George setidaknya begitulah nama yang tertulis pada pasport tas ransel yang dikenakannya. Selama menyusuri jalanan Pennsylvania, kepalanya selalu tertunduk membaca buku tentang spot wisatawan di pensylvania, mata birunya terlihat fokus memandangi buku tersebut. Brukk.. tanpa sadar tubuhnya yang jangkung itu menabrak seorang lelaki muda hingga terjatuh. 

"Aaaah maaf aku tak sengaja..!" Pekiknya. "Tak apa.. salahku juga yang terlalu sibuk membaca ini" Kata lelaki itu sembari menunjukan pamvlet wisata. " Hey ..sepertinya kau juga seorang traveler .." imbuhnya setelah melihat buku yang sama di genggaman George. Yaa.. aku dari inggris dan baru petama kali datang ke sini. Saat ini aku kebingungan mencari penginapan untuk malam ini. Maukah kau ....." Belum sempat george merampungkan kalimatnya lelaki itu menyodorkan tangannya seraya memperkenalkan dirinya " William.. kau bisa memanggilku begitu, tentu saja aku akan menemanimu. 

Aku tau penginapan bagus dan murah disekitar sini." George hanya tersenyum senang dan mereka berduapun pergi menuju penginapan yang dimaksud William.

Setelah berjalan beberapa blok dua orang traveler yang secara tidak sengaja bertemu itupun sampai disebuah penginapan yang mereka cari. Sebuah gedung tua bergaya gothic yang masih terawat, dengan taman bunga dan kolam ikan yang menghiasi pelataran depan. "Wah ini sih exotic" Kata George yang melihat gedung itu dengan penuh kekaguman. 

Mereka segera menuju meja resepsionis untuk check in, demi menghemat uang mereka memutuskan untuk bebagi kamar. setelah menerima kunci kamar, mereka menuju ke kamar dengan nomor yang tertera di gantungan kunci yang tengah mereka bawa. "Haaaah .. Kasur ini boleh juga" kata William sembari melemparkan tubuh penatnya ke atas kasur. "penginapan ini walau sederhana tapi fasilitas dan harga permalamnya boleh juga " imbuh George. Tak selang beberapa lama mereka mulai bercakap-cakap tentang banyak hal mulai dari negara asal hingga tempat mana saja yang sudah mereka kunjungi. 

Rupanya butuh waktu yang singkat untuk mereka saling mengakrabkan diri. "George apa kau punya tempat yang ingin kau tuju di kota ini ?". "Aku belum memikirkannya, bagaimana denganmu ?" balas George. "Aku ingin mengunjungi hutan Pine Barrens yang terkenal karena keangkerannya. Selama ini aku sudah mengunjungi banyak tempat yang biasa-biasa saja. Aku ingin mengunjungi tempat yang sedikit menantang. Bagaimana apa kau mau ikut ? Ujar William yang diakhiri dengan sebuah ajakan. 

Sejenak George sempat mengernyitkan dahi mendengar ajakan William, sebenarnya dia enggan untuk berkunjung ke tempat seperti itu namun dihati kecilnya dia juga ingin berkunjung ke tempat angker. Dia terdiam cukup lama untuk memutuskan pilihannya. "Hei, bagaimana jadi ikut tidak?" Tanya William sembari memukul pundak George yang seketika itu juga membuyarkan lamunannya. "Ayolah , jangan ragu tenang aku akan menjagamu. Asal kau tahu aku ini bisa karate lo." Akhirnya George menerima ajakan William meski sedikit ragu.

Esoknya mereka meninggalkan penginapan dan menuju hutan Pine Barrens, membutuhkan setidaknya 20 menit bagi mereka untuk sampai ke hutan itu. Setelah sampai, hanya rimbunnya pepohonan dan kesunyian yang menyambut mereka. "Apa yang ingin kau lakukan di tengah hutan terpencil seperti ini" tanya George. William hanya tersenyum dan berkata "aku hanya ingin melihat dan membuktikan keangkeran hutan ini". Tak terasa mereka masuk terlalu dalam ke dalam hutan dan dikarenakan hari menjelang malam , mereka kesulitan menemukan jalan keluar dari hutan tersebut. 

Keadaan diperparah dengan hujan lebat yang mengguyur hutan di malam itu. Akhirnya mereka memutuskan untuk berpencar demi menemukan jalan keluar lebih cepat. " aku akan lurus ke arah barat dan kau ikuti jalan setapak ini, ingat siapapun yang keluar lebih dlu dari hutan terkutuk ini harus mencari bantuan dan menjemput salah satu dari kita." Kata William. Setelah itu mereka berpisah, George hanya bisa melihat William semakin menjauh, satu-satu nya yang terlihat jelas sebelum William ditelan gelapnya malam adalah topi berwarna merahnya yang dipakai menghadap kebelakang.

"Ah sialan, buat apa juga aku harus ikut cecunguk itu ke hutan ini, alhasil aku juga yang ikut kena getahnya" Gerutu George sambil terus berjalan dan sesekali melihat ponselnya untuk memastikan apakah ponselnya terjangkau sinyal atau tidak. Tiba-tiba dia mendengar suara langkah kaki seseorang dibelakangnya. George berhenti sejenak untuk memastikan. Namun tak terdengar apapun, ketika dia hendak melangkahkan kaki tiba-tiba suara itu terdengar lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun