Mohon tunggu...
Meliiinn
Meliiinn Mohon Tunggu... Editor - Pelajar

Self healing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Our Plottwist Journey

15 April 2023   16:11 Diperbarui: 15 April 2023   16:12 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

     Kami memeriksa seluruh sudut basecamp. Dan nihil, tidak ada kehidupan sama sekali. Terakhir, kami melangkahkan kaki menuju ruang registrasi. Berharap ada seseorang yang dapat kami temui. Terdengar suara kehidupan dari arah ruang registrasi yang membuat kami mempercepat laju kami. Dan ternyata benar, kami menjumpai seseorang terduduk di sana yang langsung antusias menyambut kami. Setelah memastikan kaki nya tertancap di bumi, nafas lega akhirnya terhembus dari hidung kami yang mulai beku.

     Mas Pupuy dan Kiki mengambil alih tugas pendaftaran dan registrasi. Kemudian menyuruh kami beristirahat di tempat yang sudah tersedia. Mas Pupuy dan Kiki terlihat sangat perhatian kepada kami demi menjalankan amanat dari mas Asep yang agaknya sangat merasa bersalah karena tidak bisa mengantar dan mendampingi kami dengan alasan yang tidak bisa kami sebutkan.

     Sambil meluruskan otot kaki, di tempat peristirahatan kami membicarakan keadaan basecamp yang meragukan. Rasa takut justru menjalari seluruh persendian kami. Karena sebenarnya dalam rencana, kami benar-benar mengandalkan kehadiran rombongan lain. Merujuk pada perkataan mas-mas di tempat penyewaan yang berkata,"nanti di sana ikut rombongan lain aja mbak,biasanya malam Minggu rame. Ngga mungkin banget soalnya kalo cuma berempat apalagi cewe semua dan belom pernah ndaki". Kami pun teringat mas-mas di tempat penyewaan yang sempat memberikan nomor WhatsApp nya dan memutuskan untuk menghubungi nya. Sebut saja mas Mamut. "mas kok sepi, gimana?", isi pesan kami sambil nge-pap suasana basecamp kala itu. Balasan mas Mamut malah mmengejutkan.

"Lho mbak kok asing, itu dimana?"

"lha bukannya ini basecamp kali lembu?"

"Bukan ah, coba liat tulisannya itu dimana"


Kami kira kami terdampar dan tersasar, ternyata memang iya. Jantung kami sudah B aja merespon keplottwist an ini karena sudah maraton jantung sejak tadi. Ternyata kami berada di basecamp dieng, bukan kali lembu.

    Setelah mas Pupuy dan Kiki menyelesaikan pendaftaran dan registrasi, mereka langsung menghampiri kami dan mendapat serbuan protesan dari kami. Kami menjelaskan bahwa ternyata kami salah basecamp. Di schedule yang telah disepakati, dan kami juga sudah berkomunikasi dengan pihak basecamp kali lembu, bahwa kami akan datang ke basecamp tersebut. BTW yang ngomongin mas Mamut. Makasih mas Mamut J.

     Setelah mendengar kicauan bising kami, mas Pupuy akhirnya menawarkan pindah ke basecamp kali lembu karena merasa bersalah. Kami berpikir sejenak mendengar tawaran mas Pupuy. Dan akhirnya kami memilih menghubungi pihak basecamp kali lembu terlebih dahulu untuk mencari informasi. Namun ternyata informasi yang kami dapat tetap tidak merubah apapun. Semua pendaki dari basecamp kali lembu sudah berangkat sejak pukul 7 malam. Dari sini kami baru sadar bahwa kesalahan terbesar kami adalah benar-benar ngaret dari jadwal. Ditambah mas-mas penjaga basecamp dieng yang juga mengabarkan bahwa sebenarnya ada banyak pendaki yang datang, tapi semuanya sudah meninggalkan basecamp sejak pukul 7 tadi, yang membuat kami semakin menyesali kengaretan jadwal ini.

     Karena bingung dan berhubung sudah memasuki waktu Isya, sebagian dari kami melakukan ibadah, dan sebagian yang udzur mencari informasi tentang keamanan jalur dieng. Karena sebenarnya kami bahkan baru mengetahui ada jalur basecamp via dieng. Yang kami tahu hanya Patak banteng dan kali lembu. Tanpa kami sadari, oksigen di ruangan ini terasa lebih banyak dari sebelumnya. Setelah diperhatikan, ternyata mas Pupuy dan Kiki sudah tidak lagi menghirup oksigen di ruangan ini. Karena mereka telah keluar entah kemana.

      Kami terus mencari informasi kepada semua teman-teman pendaki kami yang pernah melewati jalur dieng, dan menanyakan apakah aman jika kami naik hanya berempat. Ternyata jawaban mereka menenangkan kami. Mereka mengatakan walaupun jarak tempuh pada jalur dieng terbilang cukup jauh, namun treck nya aman dan landai.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun