Mohon tunggu...
Meliiinn
Meliiinn Mohon Tunggu... Editor - Pelajar

Self healing

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Our Plottwist Journey

15 April 2023   16:11 Diperbarui: 15 April 2023   16:12 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

    Perjalanan mendaki gunung adalah hal yang cukup menegangkan bagi kami. Sebelumnya, kami menganggap bahwa mendaki gunung adalah hal yang mengerikan. Apalagi bagi kami yang masih sangat asing dengan pendakian gunung. Karena selama ini yang tersebar di sosial media tentang pendakian adalah hal-hal yang berbau mistis. Tapi disisi lain, kami yakin bahwa perjalanan mendaki gunung mengandung nilai-nilai intelektual. Sampai akhirnya kami memutuskan memilih Gunung Prau sebagai gunung pertama yang kami daki. Selain karena lokasinya yang dekat dengan tempat tinggal kami, juga konon katanya memiliki view yang "wadidaww".

     Ketegangan pun dimulai sejak kami meminta izin kepada orang tua masing-masing dan mendapat respon yang tak terduga. Karena melihat pengalaman sebelumnya, orang tua kami tergolong orang tua yang strict parent's. Untuk menginap di rumah tetangga saja, kami sampai harus meminta bantuan semesta untuk ikut merayu orang tua kami agar kami diizinkan. Tapi di sini kami benar-benar dibuat melongo dengan respon orang tua kami yang welcome dan tidak seperti biasanya. Saking herannya, kami sampai berpikir apakah orang tua kami baru saja mendengarkan kajian tentang pendakian atau pecinta alam.

     Ketegangan selanjutnya terjadi saat kami meminta saran kepada teman-teman pecinta alam tentang rencana pendakian saat musim penghujan. Mereka semua berkata bahwa mendaki saat musim hujan menyebabkan "kematian". "usah ndaki leh, pamaneh wayah koiki. Paskae nyg kudanan gede, banjir tekan tenda, SB ne teles, angine gede ne pok koyo tornado, tendane pan kawor, wes koyo pan mati. Opo meneh kalian pemula si? Ora pernah ndaki? Wes ora usah! Kapan kapan wae nek cuaca wes aman",kata salah satu teman toxix kami. Dari semua perkataan mengerikan itu, kami benar-benar tidak bisa berpikir lagi untuk kembali melanjutkan rencana pendakian. Karena kami sangat terpengaruh dengan perkataan teman-teman kami yang jauh lebih berpengalaman dan mengerti keadaan gunung.

     Seketika semangat kami luntur, 3 bulan rencana kami di pondok sia-sia. Halu- halu kami tentang pengaturan urutan barisan, menggambar peta lokasi yang benar-benar hanya mengandalkan imajinasi, dan berbagai kekocakan kami lainnya yang hancur lebur tak bermakna. Kami benar-benar menyerah dengan keadaan yang tidak bersahabat.

      Tapi sebenarnya, kami tetap ingin merealisasikan perjalanan tersebut. Karena ini merupakan bagian dari self healing untuk kami yang sedang dilanda keresahan. Tapatnya, quarter life crisis yang kebanyakan sedang melanda remaja seusia kami. Akhirnya kami tetap memaksakan perjalanan kali ini. Dari grup WhatsApp yang awalnya "gagal muncak" berubah nama menjadi " muncak apapun yang terjadi". Kami benar-benar mengesampingkan risiko dan benar-benar mengandalkan kenekatan belaka.

     Perjalanan pun dimulai. Tepatnya, perjalanan ternekat kami pun dimulai. Kami ber empat dengan perencanaan yang sangat tidak matang, akhirnya memutuskan untuk jadi mendaki Gunung Prau.

     Sabtu, 15 Oktober 2022. Hari yang ditentukan pun tiba. Orang-orang yang tadinya berjanji akan mendampingi kami tiba-tiba pada hari itu membatalkan semua rencana. Kami pun langsung putar otak dan memikirkan cara agar kami tetap mendaki. Setelah begitu banyak teman yang kami hubungi, jawaban mereka justru, " muncak Karo cah wedok we ngrepoti tok" "cah wedok we beban". Ah menyakitkan sekali. Mereka malah seakan-akan meojokkan kami dengan perkataannya. Itulah yang menjadi alasan kami kembali membatalkan rencana pendakian.

     Sampai pukul 12 siang, kami tenggelam dalam aktivitas masing-masing. Sebagian dari kami ada yang sedang cek out shopee, ada yang sedang izin sama ayammm, ada yang memilih sajadah cuple dengan tetangga, dan melupakan rencana 3 bulan yang agaknya akan ambyar mak pyar.

     Tiba-tiba salah satu dari kami teringat dengan tawaran dari kakak teman kami. Beliau menawarkan transportasi dan menjadi guide kami di gunung nantinya. Sebut saja beliau Mas Asep. Mas-mas baik hati dan sayang istri. Akhirnya setelah menghubungi beliau dan bernegosiasi sesingkat mungkin, ya walaupun terjadi perdebatan biaya diantara kami, namun akhirnya itu menjadi secercah harapan bagi kami.

     Padahal waktu itu kami belum mempersiapkan perlengkapan pribadi, logistik, dan persiapan lainnya. Kami pun bergegas mempersiapkan segala sesuatu yang kami perlukan. Berbagai dramapun terjadi. Mulai dari mencari alamat palsu tempat penyewaan alat mendaki, peralatan yang tidak tersedia, tersesat ketika mencari alamat lain, motor yang tidak layak pakai dan bertempur melawan dinginnya cuaca bumi Bawang dengan menahan rasa lapar yang berkepanjangan.

     Pukul 3 sore, kami baru sampai di tempat penyewaan. Padahal dalam jadwal yang sudah disepakati, seharusnya kami sudah berangkat. Di tempat penyewaan, kami mendapatkan spoiler jalan dan apa saja yang harus kami lakukan di sana. Tepatnya di basecamp kali lembu, tempat yang akan kami tuju.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun