Tiba-tiba aku teringat pada cerita bapak tentang sekelompok anak muda kampung yang marah kepada kepala desa karena tidak mendapat dana untuk kegiatannya.
"Orang kegiatan dia yang bikin kok dananya minta-minta," kata Bapak. "Maunya kesohor tapi gak mau modal."
Walaupun terlihat kasar, namun ucapan bapak tidak salah. Mungkin kita bisa mengelak kalau kegiatan yang kita lakukan adalah untuk masyarakat dan kita tidak butuh tersohor. Tapi coba tanyakan pada diri kita sekali lagi. Benarkah demikian?
Aku kembali memikirkan tentang keputusan Purdy menjadi cacing tanah. Betul, cacing tanah itu menyediakan nutrien dalam tanah untuk tanaman tumbuh. Namun sekarang, orang-orang sudah bisa membuat nutrien buatan untuk tanaman. Dan cacing, walaupun hidup damai di dalam tanah tetap saja ada orang iseng yang suka mengganggunya.
"Pupuk kimia itu pamornya cuma sebentar," kata Purdy. "Lama-lama orang akan tahu kalau pupuk kimia itu merusak lingkungan dan bisa berbahaya bagi manusia juga. Yang organik, selalu lebih baik. Dan cacing tanah itu tangguh. Jangan disepelekan."
Matahari mulai meninggi. Kabut perlahan-lahan mulai menghilang. Aku menatap Gunung Merapi yang berdiri gagah di depan. Selama ini, Gunung Merapi yang tinggi menjulang ini yang aku pandang. Mungkin sebaiknya, aku belajar untuk melihat hal-hal kecil di sekelilingku. Mungkin nanti akan ada yang bisa aku ambil pelajaran dari hal-hal kecil.