Matahari menyapa pagi. Mencipta hari. Terik cahaya membakar hati.Â
Seberkas cahaya mendarat di bumi. Tak bermaksud lama mendiami negeri.Â
Hanya datang untuk memberi energi kepada tanaman petani. Lalu kembali pergi, menjauhi bumi.Â
Di jalanan asap-asap karbon bertebaran. Di pegunungan, kami melihat kebakaran hutan.Â
Di sudut negeri, mesin-mesin industri, melepas sisa-sisa api. Udara tak lagi bersih.Â
Di halaman rumah beton. Tanah pun berselimut beton. Matahari gagal mencumbu tanah. Memantul pergi, tanpa penonton.
Asap dan gas membangun penjara kaca. Tak perlu jeruji besi untuk menangkap matahari.Â
Matahari menangis. Â Batal kembali ke langit. Meninggalkan bumi.Â
"Bukannya aku takut, tiada kembali. Tapi aku takut bumi menjadi panas sekali," Ucapnya dalam terpenjara di bilik bumi kaca.Â