Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mentari yang Rela Ditelan Awan, Senja dan Malam

1 Mei 2021   22:58 Diperbarui: 1 Mei 2021   23:22 476
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
"senja merayu mentari tidur dipangkuannya" | Pantai Manado 300421, dokpri

Mentari, sang penguasa siang. Cahayanya berhamburan dan membakar tubuh sang bumi, dan sanggup menghanguskan belantara kehidupan. Perkasa! Kulit sang raja pun, sanggup dibakarnya.

Tetapi keperkasaannya tiada pernah ia pertahankan. Bukan hanya sekali atau sesekali, dia rela dan pasrah. Kepada awan, kepada senja dan kepada malam.

Kepada awan yang lembut, sang mentari rela terhisap dan redup cahanya. Entah di puncak gelora atau kapan saja ketika rinai sang hujan mulai mengintip dan mendung menaungi langit sang bumi.

Kepada senja dia rela terbius, lalu merunduk, ketika malam mulai merindu kuasa. Senja memeluknya dan menidurkannya di pangkuan gunung.

Kepada malam dia pasrah ditelan hidup-hidup, dalam prosesi persembahan sesajen sang senja kepada sang malam. 

Mentari adalah lambang kekuasaan yang rendah hati, yang membiarkan dirinya ditaklukan awan, senja dan malam. Dia mati berkali-kali, dan bangkit berulang-ulang  bersama sang pagi. 

Dia tahu, kuasanya bukan segalanya. Lihat, dia tersenyum bersama awan, senja dan malam yang menelannya. Dia tahu, seribu kali, awan, senja dan malam membungkus dan menelannya, sejuta kali, sang pagi akan menjemputnya. Bercumbu mesra dibalik gunung.

Engkau yang di istana keangkuhan. Adakah nuranimu mengalir darah kerelaan dan ragamu mampu merunduk? Seperti mentari kepada awan, senja dan malam? 

Ziaralah kepada sang mentari.  

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun