Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mau Tetap "Hidup" Meskipun Telah Mati? Simak 3 Cara Berikut Ini, Cara Ketiga Paling Langgeng

24 Agustus 2020   00:21 Diperbarui: 24 Agustus 2020   01:02 289
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semua kita, kelak akan menunju pada titik penghabisan hidup. Namun, beberapa orang termasuk saya merindukan hal ini: "tetap 'hidup' meskipun telah mati.

Ini bukan kisah mistik. Bukan juga kisah tentang kebangkitan. Tetap "Hidup" meskipun telah mati, sebagaimana judul di atas adalah kisah tentang keabadian perbuatan dan nilai yang ditinggalkan kepada generasi selanjutnya setelah kita meninggal (kan) dunia. 

Kita boleh mati dan meninggalkan dunia yang fana, namun kita masih bisa abadi dalam kenangan. Tentu saja, lepas dari keyakinan agama tentang kehidupan sesudah kematian.

So, simak 3 hal berikut ini yang bisa kita lakukan untuk tetap "hidup" meskipun telah mati. Dalam formulasi bahasa yang lain adalah, tetap dikenang, disebut-sebut meskipun telah meninggalkan dunia alias mati.

1. Perbanyak bicara/memberikan petuah

Bicaralah tentang nasehat kepada anak-cucu kita, kepada sahabat atau kepada saudara kita. Kata-kata kita yang meninggalkan kesan baik kepada orang lain akan selalu dikenang, kemudian dituturkan berulang-ulang turun temurun.


"Saya selalu ingat pesan ayah sewaktu masih hidup, tentang senjata yang paling berbahaya dalam kehidupan." Ini adalah contoh ungkapan tentang petuah atau nasehat yang dikenang saat kita telah tiada.

2. Cetaklah sejarah/perbuatan baik yang bisa dikenang

Buatlah sejarah kita di masa kini, maka kita akan dikenang di masa yang akan datang.  Bahasa di negeri seberang, kira-kira seperti ini:

Make our history today, then we will be remembered in the future.

Para pahlawan kita, adalah contohnya. Mereka membuat sejarah mereka masing-masing di saat berjuang baik di masa pra kemerdekaan maupun pasca kemerdekaan. 

Kita tak perlu jadi pahlawan, yang penting kita mampu melakukan perbuatan baik yang dikenang sepanjang masa. Kira-kira orang yang mengenang kita akan berucap misalnya seperti ini: "Setiap kali melihat bangunan bersejarah ini, saya teringat almarhum Bapak X dan Ibu Y, sepasang suami-istri yang bersusah payah membangunnya." 

3. Menulislah

Yah, menulis hal apa saja dengan media apa saja, maka kita akan selalu dikenang karena karya tulis kita. 

Lihatlah contohnya pada buku-buku yang pernah kita baca. Nama pengarangnya terpatri jelas di buku karangannya bahkan para pengarang terkenal telah mematrikan nama mereka dalam hati penggemarnya, sekalipun para pengarang tersebut telah tiada. 

Coba kita bayangkan, apakah ada kitab suci agama-agama bisa ada sebagaimana adanya saat ini, jika tidak ada yang sempat menuliskan bagian-bagiannya. Sabda-sabda suci tak akan kekal hingga saat ini, jika tidak dituliskan!

Tak harus jadi penulis buku. Tulisalah apa saja yang bisa bermanfaat, misalnya menulis status di media sosial, menuliskan resep masakan, menulis surat termasuk surat warisan, menulis laporan kegiatan, menulis puisi dan lain sebagainya.  

Pokoknya, 

menulislah! suatu saat ketika kita tiada tulisan-tulisan tersebut akan mewakili kita dalam ketiadaan kita. 

Mana yang paling langgeng?

Di antara tiga cara di atas, mana yang paling langgeng dan cakupannya paling luas?

Bercerita bisa tidak langgeng, ketika orang dimana kita pernah berkisah kepadanya tidak meneruskan kisah penuntun hidup itu kepada orang lain. 

Membuat sejarah lewat perbuatan dan pengabdian kita, langgeng namun terbatas dan juga tergantung pada apakah kisah historis tersebut bisa dituturkan terus menerus atau bisa dituliskan.

Karenanya, saya memilih cara ketiga, yaitu menulis.  Simak sebuah peribahasa dalam bahasa Latin berikut: 

Verba volant, scripta manent 

Kata-kata lisan terbang, sementara tulisan abadi.

Peribahasa ini berusaha mengatakan bahwa kata-kata lisan dapat dilupakan dengan mudah, tetapi tulisan-tulisan akan tetap ada atau abadi. Sejarahpun demikian, 

"sejarah lisan mudah lenyap, namun sejarah tertulis tetap abadi."

So, tunggu apa lagi mulailah menulis atau bagi yang telah menulis, teruslah menulis. Yah, menulislah hingga kita yang fana ini tak bisa lagi menulis dan raga fana lenyap kembali ke tanah.

"Debu tanah yang dicipta dengan hembusan nafas akan kembali menjadi tanah, yang tertinggal adalah namanya sepanjang nama itu tertulis di batu nisan. Tulisan menjadi jejak akhir kefanaan kita yang abadi. Manusia sementara, namun tulisannya abadi."

Menulislah, maka sekalipun kita telah mati, kita masih tetap hidup, dalam sebuah tulisan penuh nilai, karena hidup adalah tentang nilai.

=====

Salam literasi inspirasi, 
MYT, 
Rike-Tanjung Batu, Manado  
24/08/2020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun