Mohon tunggu...
Meidy Y. Tinangon
Meidy Y. Tinangon Mohon Tunggu... Lainnya - Komisioner KPU Sulut | Penikmat Literasi | Verba Volant, Scripta Manent (kata-kata terbang, tulisan abadi)

www.meidytinangon.com| www.pemilu-pilkada.my.id| www.konten-leadership.xyz| www.globalwarming.blogspot.com | www.minahasa.xyz| www.mimbar.blogspot.com|

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Tentang Senjata Paling Berbahaya

22 Agustus 2020   14:16 Diperbarui: 22 Agustus 2020   14:14 354
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
||||istockphoto.com|||| 

Bukan pistol atau senapan. Mereka masih tunduk pada perintah panglima

Bukan nuklir. Para pemiliknya berpikir panjang sebelum menindis tombol 

Bukan bom atom. Itu masa lalu di Hiroshima dan Nagasaki 

Bukan juga senjata biologis. Tak semua orang memilikinya  

"Lalu, apa senjata yang paling berbahaya?" tanya anak kepada ayahnya.

Sang ayah tua, tak langsung menjawab.  

"Apa senjata yang paling berbahaya?" lagi, bertanya sang anak kepada ayahnya. 

Ayah tua, tetap diam. Dari raut wajahnya nampak sedang berpikir. 

"Apa ayah?" tanya anaknya untuk ketiga kali

Ayah tua diam sejenak, menatap anaknya penuh perhatian   

Tiga bait lirih terucap:

"Anakku, ayah harus berpikir tiga kali sebelum berucap. Karena kata-kata adalah senjata. Bisa melukai hatimu, bisa menghancurkan rumah, bisa memutus rantai para sahabat, bisa menghancurkan negeri, bisa menggoncang dunia, bisa mengakhiri kehidupan!" 

"Lidah-lidah tak bertulang melepas peluru kata tanpa kendali, tanpa komando." 

"Anakku, hati-hati dengan ucapan mulutmu. Di satu sisi dia mengungkap jalan hidup, doa dan berkat, di sisi lain dia adalah senjata berbahaya." 

Sang anak  terdiam... Merenung...

"Kenapa kau diam, nak?" kali ini sang Ayah balik bertanya

"Aku sedang berpikir sebelum berucap, supaya kata-kataku tidak menyakitimu atau membunuhmu, Ayah"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun