Mohon tunggu...
Megawati Sorek
Megawati Sorek Mohon Tunggu... Guru - Guru SDN 003 Sorek Satu Pangkalan Kuras Pelalawan Riau

Seorang guru yang ingin menjadi penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Takkan Kumaafkan

5 Mei 2023   16:50 Diperbarui: 5 Mei 2023   16:57 226
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokpri : Koleksi Desain Megawati Sorek 

"Maaf," lirih suara pria berbaju kaos lusuh tersebut.

Aku hanya diam, lelaki mantan suamiku ini datang tiba-tiba. Dengan penampilan sembrawut yang jauh berbeda dari lima tahun yang lalu. Kerutan pada wajah tirusnya telah bertambah, muka itu seperti lelah, kulit lebih menggelap. Urat tangan yang mulai bertonjolan terlihat kentara.

"Maaf." Mohonnya kembali seraya berusaha mencapai tanganku. Aku spontan menepis dan menggeser tubuh menjauh.

"Maaf juga, kutak bisa!" jawabku dengan jelas dan tubuh yang bergetar menahan amarah.

Mengenang apa yang telah Ia lakukan, kubangan luka besar menganga yang telah lama kukubur kembali hadir, dengan kemunculannya yang ingin kembali. Pernah mengalami berada pada titik terendah hingga menjerit sampai lelah untuk menata hati ini.

Sayatan putus asa pernah bersarang, detak-detak nestapa itu telah berganti sunggingan senyum nan sempurna. Melangkah pada titik baru, merengkuh dan mengenggam bahagia dengan teguh. Tak sia-sia doa serta usaha yang kukepulkan.

Menutup lorong-lorong sendu tiap hentakkan hidupku, dan akhirnya mengucur syukur tiada tara.

"Ginova sudah beranjak remaja, Ia sudah mengerti. Figur seorang ayah sudah kugantikan dengan baik. Bukankah kau yang memilih untuk meninggalkan kami, serta berulang kali kumemohon untukmu pulang demi buah hati kita. Namun, apa yang kau lakukan?Kau memilih wanita itu dan pergi. Jarak dan kesedihan ini kau yang menciptakan, jangan salahkan Ginova jika tak mengubrismu." Meluapkan emosiku dengan berbicara panjang lebar.

Tak ingin mendengar alasannya demi anak akan dikemukannya lagi. Ia ingin membersamai kehidupan kami yang sudah tenang. Enak saja! Apa lupa pernah membandingkanku dengan perempuan yang menguasai hatimu saat itu.

"Silahkan keluar jika tidak ada lagi yang perlu dibicarakan,"usirku secara lembut, melihat ujung kaki menunduk, menatap matanya sama saja mengupas luka hatiku kembali. Akan terasa perih remuk redam seperti godam yang membantai kalbuku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun