Mohon tunggu...
Mega Riyanti
Mega Riyanti Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Mega Riyanti - (43222010006) Mahasiswa Univeristas Mercu Buana Program Studi S1-Akuntansi Dosen Pengampu : Apollo, Prof. Dr, M.Si.Ak

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TB 2-Diskursus Gaya Kepemimpinan Visi Misi Semar pada Upaya Pencegahan Korupsi

12 November 2023   10:21 Diperbarui: 12 November 2023   11:36 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 canva.com & id.pinterest.com

Dalam aksi Semar dalam pembentukan pendidikan antikorupsi dan integritas sesungguhnya diawali dari hati. Hati merupakan sesuatu yang paling penting dan mulia pada diri setiap manusia sebagai insan ciptaan Tuhan yang Maha esa. Suatu aktivitas dapat dinilai benar atau salah tergantung pada niat atau maksud yang bersumber dari suara hatinya, sehingga sering diungkapkan dalam kehidupan keseharian bahwa segala perilaku atau perbuatan manusia tergantung pada niat yang bersumber dalam hatinya dan yang selalu berusaha.

Lakon Semar Bangun Kayangan dinilai oleh anggota DPRD Jawa Tengah Kadarwati sangat menginspirasi. Ketokohan Semar sebagai simbol Wong cilik, rakyat jelata, mencoba membangun kayangan Yang dimaksud Semar bukanlah istana megah melainkan untuk memberikan sikap pemimpin untuk berorientasi pada rakyatnya. Pemimpin harus memiliki rasa Asah, Asih, asuh, ngopeni (memelihara) dan mengayomi (memakmurkan). 

Tujuannya tercipta negeri makmur, adil, sejahtera, dan sentosa, Gemah Ripah loh Jinawi.

Dalam dunia Pewayangan, masyarakat sangat familiar dengan nama-nama tokoh seperti Semar, Gareng, Bagong dan petruk dalam budaya Jawa ke empat tokoh Djenaka tersebut merupakan Punakawan Pandawa (empat bersaudara) pengiring kesatria Pandawa lima. Namun mungkin tak banyak yang tahu jika empat karakter Djenaka dalam pewayangan tersebut merupakan karya Sunan Kalijaga yang awalnya digunakan sebagai sebuah metode dakwah dalam menyebarkan Islam di Nusantara pengubahan wayang dengan memasukkan nilai nilai Islam dilakukan Sunan Kalijaga sekitar tahun 1443M.

Di antara ke empat tokoh di atas, sesak Semar menjadi tokoh sentral dalam pewayangan dan merupakan pemimpin ketiga tokoh lainnya. Secara Javanologi, Semar berarti HC ming Semar Semar. Sedangkan secara harafiah, Semar berarti Sang penonton makna kehidupan. Sesak Semar dikenal karakter Yang Arif dan bijaksana. Iya bisa bergaul dengan siapa saja, baik kalangan atas maupun kalangan bawah. Sesak nya sangat Tanggap terhadap dinamika jaman dan idealis atas prinsip kebenaran. Tatkala ditemukan ke tidak adilan dan tindakan sewenang-wenang, maka iya dengan tegas melakukan tindakan preventif, persuasif dan represif. Bahkan, iya rela mempertaruhkan segalanya demi amanat yang diterimanya dari Sang Maha kuasa. Ada beberapa simbol nilai religius pada sosok karakter kepimpinan Semar, yaitu:

1.)    Tangan kanan menunjuk ke atas dengan telunjuk tegak mengisyaratkan secara jelas ketauhidan atas pengakuan mengesakan Allah SWT. Apapun yang dilakukan dalam kehidupan wujud penghambaan diri dan hanya karena Allah SWT semata. Semua gerak hidup pemimpin harus sujud mengabdi dan merujuk pada aturan Sang pencipta Allah SWT.Bukan sebaliknya, menganggap diri yang patut disembah (melalui berbagai varian nya) dengan keangkuhan atas aturan yang dibuat.


2.)    Tangan kiri dibelakang. Posisi ini mengisyaratkan bahwa apapun kebaikan yang dilakukan oleh seorang pemimpin atau manusia secara umum, sebaiknya disembunyikan agar tidak muncul ujub(merasa diri lebih baik) atas kebaikan yang dilakukan. Sebab, apa yang dilakukan pada sesama perlu keikhlasan yang tak perlu dipublikasikan. Bukan sebaliknya, semua yang dilakukan pada sesama (meski terkadang tak seberapa) dipublikasikan Dan di viral kan untuk mengangkat Pamor dan elektabilitas diri agar diketahui semua orang. Sikap pemimpin seperti ini merupakan tampilan sikap ujub dan hilangnya keikhlasan atas apa yang dilakukan.

3.)    Tangan kanan terlihat ke depan dan tangan kiri tersembunyi di belakang merupakan wujud iklasan dan interaksi sesama. Tangan kiri dibelakang simbol tak ingin ujub atas apa yang dilakukan. 

4.)    Tangan kanan ke atas, tangan kiri ke bawah yang ditampilkan sosok Semar memiliki kemiripan dengan tarian Sufi Jalaludin Rumi (dikenal dengan whirling dervishes). Makna dari simbol tersebut adalah menyadarkan diri bahwa semua yang dimiliki merupakan amanah, milik, dan anugerah yang Maha kuasa. Ke semua titipanNYA diperoleh, maka jangan lupa untuk membaginya pada yang di bawah. Hal ini mengingatkan manusia pada ajaran agama supaya tidak menjadi pribadi yang egois, serakah, lupa diri, tapi menjadi sosok pribadi yang selalu berbagi dan menyebarkan kebaikan pada seluruh alam semesta. Bukan sebaliknya, semua keuntungan untuk memperkaya diri (berikut dinikmati seputar ikat pinggang) dan setiap yang dilakukan untuk sesama, dipublikasikan dimana-mana.

Memiliki Kuncung rambut seperti anak anak, tetapi berwajah tua. Simbol ini merupakan isyarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Maksudnya, untuk mencapai derajat pemimpin ideal, seseorang harus memiliki sisi kejernihan berpikir (seperti yang dimiliki anak-anak) sekaligus sisi kematangan berfikir (seperti yang dimiliki orang tua). Melalui kejernihan dan kematangan berfikir, seorang pemimpin akan mampu melahirkan kebijaksanaanmu dalam setiap putusan yang diambil. Bukan sebaliknya, berperilaku seperti anak-anak ketika memperebutkan mainan dan bagai orang tua Jompo yang hanya minta dilayani.

5.)    Matanya digambarkan seolah menangis, tapi bibirnya mengi syaratkan tawa kebahagiaan. Hal ini merupakan gambaran isi kehidupan di dunia yang Fana. Setiap diri melalui membuka dan momen suka. Semua pasti terjadi pada setiap orang, dan tak mampu dihindari. Disisi lain, posisi air mata (posisi atas) dan senyuman (posisi bawa) menampilkan seseorang pemimpin harus mampu merubah kesedihan rakyat menjadi senyum kebahagiaan. Meski senyum kebahagiaan telah dirasakan rakyat, seorang pemimpin tatkala berada “bersendiri” dalam munajat pada Allah, air matanya tak pernah kering menangis mengharapkan kasih sayang Allah untuk semua yang dipimpinnya. Hal ini merupakan implementasi bentuk akhlak Rasulullah terhadap umatnya. Bukan sebaliknya, senyumnya banyak untuk diri sendiri, tak peduli tetesan air mata umat membasahi alam semesta.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun