Sahur selalu menjadi momen penuh tantangan bagi Rudi. Sebagai mahasiswa kosan yang mengandalkan alarm ponsel, sahur bukanlah sekadar makan di dini hari, tapi juga perjuangan melawan kantuk dan kebodohan sesaat akibat setengah sadar.
Malam itu, Rudi bertekad ingin sahur lebih sehat. "Harus makan nasi biar kuat puasa seharian," gumamnya sebelum tidur.
Ia sudah menyiapkan nasi dalam rice cooker, lauk ayam goreng sisa buka puasa, dan segelas teh manis yang tinggal dihangatkan. Semua sudah direncanakan dengan baik.
Namun, rencana tinggal rencana.
Ketika alarm ponselnya berbunyi pukul 03.30, Rudi hanya menggeliat sebentar lalu mematikan alarm tanpa membuka mata. Ia baru benar-benar bangun saat suara keras dari kamar sebelah menggema.
WOI SAHUR! WAKTUNYA SAHUR, WAHAI PARA MAHLUK MALAS!
Itu suara Toni, teman sekosannya yang selalu bersemangat berlebihan saat sahur. Dengan mata setengah terbuka, Rudi meraba-raba ponselnya dan melihat jam. 04.15.
Ya Allah, mepet banget!
Rudi langsung meloncat dari kasur seperti orang kebakaran jenggot. Dia lari ke dapur kecil di kosannya dan membuka rice cooker dengan penuh harapan.
Harapan itu langsung sirna begitu melihat kenyataan.
Nasinya keras seperti batu bata.
Seketika ia mengutuk dirinya sendiri. Tadi malam, karena sok rajin, ia mencuci beras dan menaruhnya di rice cooker tanpa menekan tombol "COOK".