Mohon tunggu...
Andre Setiawan
Andre Setiawan Mohon Tunggu... Jurnalis Independen (Otodidak, tanpa naungan instansi)

Saya seorang jurnalis independen yang belajar secara otodidak dan tidak terikat pada institusi media mana pun. Memiliki minat besar terhadap isu-isu sosial, hak masyarakat kecil, lingkungan, dan transparansi kebijakan publik. Saya senang menulis artikel investigasi, membuat analisis kritis, serta mendalami berbagai perspektif dari akar rumput.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Polemik Partisipasi Waria di HUT RI Sampang, PCNU Soroti Dampak Norma

2 September 2025   07:10 Diperbarui: 2 September 2025   07:10 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: nusampang.com

SAMPANG - Keikutsertaan komunitas waria dalam agenda gerak jalan untuk memeriahkan Hari Ulang Tahun (HUT) Kemerdekaan RI di Kabupaten Sampang, Jawa Timur, menuai sorotan dari Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) setempat. Organisasi ini menyuarakan keprihatinan atas potensi dampak sosial dan normalisasi perilaku yang dianggap bertentangan dengan norma agama serta adat istiadat Madura.

Kritik Berulang dan Kekhawatiran pada Anak

Wakil Katib Syuriyah PCNU Sampang, Rahmatullah, menyatakan bahwa pihaknya secara tegas tidak menyetujui pelibatan waria dalam kegiatan perayaan kebangsaan tersebut. Menurutnya, ini bukan kali pertama isu ini muncul. Peringatan serupa telah disampaikan oleh para kiai pada tahun-tahun sebelumnya, dengan harapan acara serupa tidak terulang.

"Apalagi tahun-tahun sebelumnya telah mendapat teguran dari para kiai dan diwanti-wanti agar kejadian ini tidak terulang kembali. Namun faktanya masih terjadi lagi kesekian kalinya," ujar Rahmatullah, yang akrab disapa Gus Rahmat.

Kekhawatiran utama yang menjadi dasar kritik tersebut berpusat pada dua aspek:

  • Dampak Visual: Penampilan peserta dari komunitas waria yang dinilai mengenakan kostum "seksi" di ruang publik yang disaksikan oleh berbagai lapisan masyarakat, termasuk anak-anak.

  • Normalisasi Perilaku: Adanya kesan bahwa keikutsertaan mereka dapat dianggap sebagai bentuk pembenaran atau kewajaran terhadap perilaku yang, menurutnya, tidak sejalan dengan kaidah agama dan budaya lokal.

"Khawatir tampilnya waria dengan memakai seragam seksi di acara yang disaksikan masyarakat, khususnya anak-anak, memberikan kesan bahwa perilaku mereka dibenarkan secara norma agama dan adat," kata Gus Rahmat.

Ancaman Pergeseran Nilai di Ruang Publik

Lebih jauh, Gus Rahmat menggarisbawahi potensi bahaya jika terjadi normalisasi terhadap tindakan yang secara fundamental dianggap melanggar norma. Menurutnya, paparan yang berulang tanpa adanya filter edukatif dapat menyebabkan pergeseran nilai di tengah masyarakat, terutama pada generasi muda.

Ia menegaskan bahwa ketika suatu perilaku yang dianggap menyimpang menjadi pemandangan lumrah dalam acara publik, masyarakat khususnya anak-anak dapat kehilangan kemampuan untuk membedakan mana yang sesuai dan tidak sesuai dengan tatanan nilai yang berlaku.

"Yang paling bahaya itu kalau suatu perilaku yang melanggar norma dan budaya dinormalisasi oleh masyarakat. Apalagi yang nonton banyak anak-anak kecil," tegasnya.

Ruang Partisipasi Publik dan Tanggapan Penyelenggara

Di sisi lain, perayaan HUT Kemerdekaan RI pada dasarnya merupakan pesta rakyat yang membuka ruang bagi seluruh elemen masyarakat untuk berpartisipasi dan mengekspresikan semangat kebangsaan. Polemik ini memunculkan diskursus mengenai batasan antara kebebasan berekspresi dalam perayaan publik dan penjagaan nilai-nilai lokal yang dipegang teguh oleh sebagian besar masyarakat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun