Mohon tunggu...
Khoirul Amin
Khoirul Amin Mohon Tunggu... Jurnalis - www.inspirasicendekia.com adalah portal web yang dimiliki blogger.

coffeestory, berliterasi karena suka ngopi.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Pandemi, Semua Boleh Saja Jadi Miskin Kok

21 Oktober 2020   22:14 Diperbarui: 21 Oktober 2020   22:33 856
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto ilustrasi (ikhtisar.net)

Hingga 75 tahun usianya Indonesia kini masih saja dibayang-bayangi fobia, khawatir kehidupan warga negara dan rakyatnya tidak berkecukupan bahkan kelaparan. Karuan saja, angka dan kondisi kemiskinan tak sedikitpun lepas dari perhatian negara. Tak hanya kondisi saat ini, bahkan juga sudah bisa diasumsikan dari tahun ke tahun, bahkan antargenerasi.

Dalam konteks adanya ketimpangan dan gejala 'suka miskin' ini, pemerintah mungkin juga dihadapkan kebijakan sulit. Mencukupi kebutuhan dasar dan pokok rakyat memang wajib. Namun demikian, meningkatkan kesejahteraan tentunya juga tak kalah penting.

Semua pihak pun bersekapat, bisa tercapainya taraf hidup dan derajat kesejahteraan masyarakat, bermula dari adanya perhatian pada sejumlah hal pokok. Diantaranya, kesehatan layak, pendidikan memadai, dan tentunya ditunjang dari pekerjaan dan kondisi perekonomian keluarga yang mapan.

Sebuah hasil survey tingkat kesejahteraan Indonesia sempat dirilis okezone.com awal 2019 lalu. Survey ini dilakukan perusahaan penyedia jasa kesehatan Cigna Corporation yang merilis Survei Skor Kesejahteraan 360, yaitu tentang persepsi kesejahteraan masyarakat di 22 negara terhadap 13.200 responden. Kesejahteraan yang di survei mengacu pada lima pilar utama, yakni fisik, keluarga, sosial, keuangan, dan pekerjaan.

Salah satu hasil survey terungkap, masyarakat Indonesia juga merasa semakin mampu menjaga kesejahteraan keluarga mereka, dilihat dari kemampuan menjaga kesehatan dan menjamin keuangan pasangan, anak, dan orang tua mereka. Secara keuangan, masyarakat Indonesia juga semakin percaya diri. Hal itu dilihat dari kemampuan mereka membayar kebutuhan edukasi keluarga mereka.

Badan Pusat Statistik (BPS) juga merilis, hingga Februari 2020 lalu tercatat jumlah penduduk usia kerja di Indonesia adalah 199,38 juta orang. Dari angka itu, sejumlah 137,91 juta orang merupakan angkatan kerja (usia 15 sampai 64 tahun), naik 1,73 juta dari tahun lalu. Dan dari angka ini, didapati jumlah pengangguran mencapai 6,88 juta orang, naik 60 ribu orang dibanding 2019 lalu.

Bagaimana tingkat kesejahteraan masyarakat kita (kini)? Yang terjadi, sejak awal 2020 Indonesia sebenarnya juga sudah terguncang pandemi covid-19 berikut berbagai ekses yang ditimbulkannya.

Publik akhirnya harus banyak bekerja dari rumah, dan kehilangan penghasilan bahkan mata pencaharian sehari-hari. Bahwa, sebagian akhirnya mendadak jatuh miskin, atau mengaku-ngaku miskin, mungkin juga realistis adanya.

Akan tetapi, melihat kesejahteraan sosial ekonomi rakyat tetap tentunya harus utuh, tidak semata diukur dari punya pekerjaan atau tidak, atau berapa penghasilan yang didapat. Kebutuhan sehari-hari keluarga, juga gaya hidup, mestinya juga menjadi variabel penting yang tidak bisa begitu saja dikesampingkan.

Setidaknya kita bisa bandingkan dari ilustrasi berikut. Si Toni sehari-hari bekerja di sebuah bengkel, dengan penghasilan tak bisa dipastikan, namun juga kerap mendapatkan tambahan upah atau bonus bulanan yang lumayan. Ia memang jarang menabung untuk sisa penghasilannya, namun kebutuhan keluarga dan pribadinya tidak lah banyak dan bisa tercukupi sewajarnya.

Usia kerja lainnya, sebut saja si Rama, bekerja di sebuah kantor lembaga keuangan. Gaji dan penghasilannya cukup besar. Tetapi ia juga termasuk gampang menghabiskan uangnya untuk kebutuhan pribadi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun