Mohon tunggu...
Beti.MC
Beti.MC Mohon Tunggu... -

Ibu rumah tangga yang memberi ruang untuk menulis pengalaman dan ikut mengkampanyekan "Kerja Layak PRT dan STOP PRT Anak

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Merawat Lansia, Menjadi Saluran Berkat dan Energi Baru

20 April 2018   10:24 Diperbarui: 20 April 2018   10:35 569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku jadi berpikir, tentu gak perlu mengeluarkan uang jika banyak hal bisa dilakukan sendiri dalam merawat ibuk. Pasang kateter, bisa dipelajarilah, dengan sedikit latihan juga lama-lama bisa. Atau, belajar melatih gerakan-gerakan tubuh seperti yang dilakukan terapis selama ini. Pasti bisa dilakukan asal mau belajar, menurutku. Atau, tak perlu PRT untuk membantu memandikan atau menyuapi ibuk, toh semua itu bisa dilakukan sendiri, tidak perlu tenaga orang lain. 

Dulu, bapakku sering bertanya, apa perlu mereka dibantu orang lain jika beliau bisa melakukannya sendiri? Ah, kadang tergoda juga untuk mengatakan iya, lumayankan bisa menghemat sekian rupiah setiap bulannya. Lagi-lagi ini pikiran sesat yang buru-buru aku luruskan sebelum aku jadi setan di siang hari (kebetulan bapak kalau telpon itu di siang hari).

Rupanya, inilah maksud bapak, keberadaan ibuk yang dalam keadaan sakit seperti sekarang ini pasti mempunyai makna tersendiri. Para terapis dan perawat yang memberikan jasa dan bantuannya bukan semata-semata untuk menerima honor saja.

 Kehadiran mereka itu menjadi pertolongan bagi kesembuhan ibuk sekaligus berbagi berkat untuk tubuh tuanya. Memang anak-anak bisa membantu melakukan itu semua, tapi kehadiran orang lain juga bisa memberikan warna bagi kehidupan beliau. Merasa disapa, ditemui, diajak curhat atau sekedar berbagi kabar, bersama orang lain di luar keluarga juga memberikan energi baru bagi ibuk. 

Coba sekarang bayangkan, jika ibuk hanya bersama bapak, apa-apa hanya berdua tanpa kehadiran orang lain, tak ada suasana baru bahkan cenderung menjadi kejenuhan, bapak lagi, bapak lagi. 

Begitu juga bapak, apa-apa ibuk, hanya membantu ibuk melakukan segala hal, tidak ada pemandangan lain. Ah....bener juga ya, untuk variasi keseharian mereka. Ibuk juga terhibur dengan kedatangan mereka, bapak juga bisa sedikit "ngaso" dari pelayanan/ mengurus kebutuhan ibuk.

Rupanya, inilah maksud menjadi saluran berkat itu. Mencari makna terdalam dari istilah yang sangat biasa diucapkan. Kita bisa jadi menjadi saluran berkat berupa rejeki bagi mereka yang memberi bantuan/ jasa, tapi merekapun menjadi saluran berkat untuk kita karena mampu menghadirkan energi dan semangat baru.

Jadi, rupanya saluran berkat itu memang dua arah, masing-masing berbagi berkat, masing-masing mendapat berkat! Betapa indahnya hidup dengan berbagi, hanya dengan begitu bisa memunculkan senyum, tawa, celotehan dan hubungan persaudaraan.

Ah, Tuhan selalu punya cara untuk kita bisa membagi berkat itu, termasuk dalam situasi sakit! Jika dalam kondisi sakit saja Ibu bisa jadi saluran berkat untuk orang lain, apalagi yang segar bugar ya, pasti bisa menjadi saluran berkat bagi banyak orang.

Semangat berbagi berkat! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun