Mohon tunggu...
Mbak Day
Mbak Day Mohon Tunggu... -

A mother of two wonderful children. Dreaming to have a magical door to go where she wants

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Memaknai Maaf

10 April 2012   16:51 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:47 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Mendengar kata 'maaf' dari seseorang, mungkin bukan hal yang luar biasa, terutama bagi mereka yang tinggal di lingkungan masyarakat yang masih menjunjung tinggi etika dan kesopanan. Akan tetapi, mungkin hanya sedikit dari kita atau seringkali kita sendiri tidak memaknai kata 'maaf' itu dengan pemahaman yang lebih dalam. Dari lubuk hati yang terjauh, sampai terasa getaran yang amat dahsyat ketika mendengar atau mengucapkan kata 'maaf'.

Sejak kecil kita diajarkan untuk mengucapkan kata 'maaf' dalam berbagai peristiwa dan konteks kejadian. Begitu beragamnya kejadian yang bisa memakai kata 'maaf' itu, sehingga tanpa disadari, kitapun lupa dengan makna sesungguhnya dari kata itu. Bahkan, akhir-akhir ini, kalimat "Mawar, maafin Marwan...." seolah menjadi sebait kalimat andalan yang sering diucapkan dalam berbagai kesempatan, tak peduli lagi konteks keadaannya (maaf, bukan bermaksud promosi atau mempopulerkan jargon andalan itu... ini sekedar ilustrasi mengenai mudahnya kata 'maaf' itu diucapkan....disinipun saya memakai kata maaf).

Tanpa kita sadari, permintaan maaf yang sesungguhnya ingin kita sampaikan kepada seseorang, justru seringkali tidak terucapkan. Entah apa sebabnya.... mungkin karena rasa menyesal yang benar-benar dalam, malu, gengsi, atau bahkan yang terburuk adalah karena tidak ada kesempatan lagi untuk mengatakan langsung kepada orang yang seharusnya menerima permintaan maaf dari kita. Banyak orang bijak yang mengatakan bahwa permintaan maaf yang sesungguhnya, justru bukan dari ucapan yang keluar dari mulut kita.. melainkan dari perbuatan dan tingkah laku kita yang membuktikan bahwa kita benar-benar mengambil pelajaran dari suatu kejadian yang mengecewakan, sehingga kitapun berusaha untuk tidak mengulangi kesalahan dan merasakan penyesalan yang sama. Dengan pemahaman seperti ini... apakah mudah mengucapkan kata 'maaf' atau sebaliknya, menerima permintaan maaf dari seseorang?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun