Mohon tunggu...
Mbak Avy
Mbak Avy Mohon Tunggu... Penulis - Mom of 3

Kompasianer Surabaya | Alumni Danone Blogger Academy 3 | Jurnalis hariansurabaya.com

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama FEATURED

Pengalaman Mengalami Perundungan oleh Anak Buah Sendiri

22 Mei 2021   20:51 Diperbarui: 5 September 2021   06:16 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (foto milik Envanto Elements)

Sutris juga minta maaf kalau dia harus menceritakan itu semua, karena diminta oleh teman-temannya yang lain. Yaitu anak buah saya juga. Kalau bukan Sutris yang cerita, takutnya nanti mereka dianggap mengadu domba sekaligus takut juga sama sang senior Beni. Dan tujuannya memang untuk kebaikan semua, supaya departemen kami menjadi kompak dan sehat. Apalagi Departemen Promosi dan Public Relation adalah ujung tombak dari mall tersebut.

Saya ucapkan terima kasih pada Sutris yang berani menyampaikan kepada saya. Itu sekaligus menyadarkan saya, bahwa dimanapun kita bekerja pasti akan menemui berbagai macam karakter orang. Ada yang baik ada yang kurang baik. Ada yang kooperatif, sebaliknya ada yang tidak legowo. Bisa juga dari atasan atau bawahan kita sendiri.

TIPS MENGHADAPI ANAK BUAH YANG JEALOUS

Pengalaman seperti yang saya alami pasti banyak juga terjadi di tengah masyarakat kita. Tapi mungkin tidak secara terang-terangan. Biasanya mereka beraninya sekadar kasak kusuk, bicara dibelakang kita atau paling buruk ya ngerumpi dengan sesama rekan kerja. Namanya juga ngomongin pimpinan. Pasti takut kena sanksi atau teguran. Biasanya sih gitu!

Sebenarnya saya sangat memahami rasa kecewa yang dirasakan Beni itu pasti sangat mendalam. Karena sebagai karyawan senior yang sudah lama bekerja di perusahaan tersebut, dan dengan gelar sarjana pula. 

Naik jabatan adalah puncak dari mimpinya. Apalagi sebelum saya masuk, kursi pimpinan departemen itu kosong hampir 3 bulan. Pasti dia sudah mempersiapkan diri untuk mengisi kekosongan tersebut.

Tapi semua keputusan itu kan ada di tangan pimpinan perusahaan. Mereka pula yang bisa memilih siapa yang mampu dan pantas menduduki tanggung jawab di posisi tersebut.

Saya pun berusaha untuk bersikap secara bijak. Karena bagaimanapun saya sangat mencintai pekerjaan saya yang baru. Dan saya membutuhkan mereka untuk mendukung supaya departemen yang saya pimpin mampu bekerja dengan baik dan maksimal.

Yang paling dibutuhkan adalah komunikasi dan saling mendukung. Karena kerja sebagai team work akan lebih maksimal daripada kerja sendiri. 

Selanjutnya saya membuat pe er untuk saya sendiri, harus melakukan sesuatu supaya kondisi ini tidak semakin berlarut-larut. Adapun langkah yang saya lakukan adalah sebagai berikut:

Pendekatan dari hati ke hati. Biasanya sebagai atasan harus memberi jarak atau jaga image dengan anak buah. Dalam arti bukan untuk minta dihormati. Tapi untuk menjaga wibawa, supaya anak buah tidak menganggap sepele karena terlalu dekat dengan atasan.

Saya sering memposisikan sebagai seorang ibu karena memang kebetulan usia saya diatas mereka. Segala kesulitan yang mereka hadapi, saya selalu mencoba membantu dan mencarikan jalan keluar. Hampir tiap hari ketika mereka absen dan minta tanda tangan. Saya ajak komunikasi seputar keluarga dan kehidupan pribadi mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun