Mohon tunggu...
Yulianti
Yulianti Mohon Tunggu... Guru - Guru

Warga Negara Indonesia Asli, yang cinta dengan tanah air Indonesia. Seorang guru SMP Negeri 3 Pseksu, di Kabupaten Lahat, Provinsi Sumatera Selatan.

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Sudahlah, Takkan Selesai oleh Kita Sendiri

20 Desember 2011   16:35 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:59 118
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Sudahlah tak akan selesai, urusan dunia ini hanya dengan diri kita sendiri!" celetuk seorang Bapak, ketika kami mengobrol, tentang kehidupan.

Anehnya,walaupun sudah pernah terdengar, namun dua kali sudah kata-kata itu saya dengar dalam satu minggu terakhir.

Dulu, ketika pertama kali mendengar dulu, saya nyengir sendiri. Ya eya lah, mana beres urusan dunia yang begitu banyak kepala, 5 milyar, mau kita selesaikan. Ah, kata-kata yang aneh.

Namun  berikutnya, saya kefikiran terus. Kata-kata ini keluar kembali dari orang yang berbeda, ketika kami membahas soal nilai siswa. Ada guru yang memberi nilai di bawah standart, kami menyebutnya nilai mati, yaitu nilai di bawah 55. Ada anak yang di beri nilai 27. Dilihat dari tugas-tugas, ya anak  itu tidakmengumpul tugas. Ya betul, itu nilai sebenarnya. Tapi ada hal yang lain, sebenarnya harus di fikirkan. Efek jika anak melihat nilai tersebut di raport. Tak terbayangkan... Dan inilah menjadi bahasan kami di siang itu. Dan menyeletuk lah seorang Ibu, rekan saya.

"Ah, tak usah idealis lah, tak akan selesai urusan dunia ini oleh kita sendiri! Segitunya, sok sekali. Anak itu, jika ada kemauan sekolah itu harus di hargai...masak, hanya di lihat dari aspek kognitif, dan tugas2 saja... Syukur anak mau sekolah...Sungguh terlalu! lagian kan bisa di panggil, di beri tugas susulan!"

Kembali, saya kefikiran dengan kalimat, "Takkan selesai urusan dunia ini oleh kita sendiri!". Jika dimaknai sebagai bahasa hiperola, jawabannya iya. Masak, urusan sedunia , mau kita kelaskan sendiri, dengan tindakan kita. Superman saja tidak mampu. Apalagi Batman, cuma mampu menyelesaikan kasus kejahatan di kota Gotham saja (Haha kok ke sini sih nyambungnya!).

Tapi, jika pemaknaannya, tentang kebenaran, idealis, kebaikan. Hem...ada yang mengganjal di hati.

Karena, saya mendengar tentang kalimat ini, adalah ketika ada permasalahan yan terjadi, menyangkut aspek kebenaran, kejujuran, seharusnya, dan ada hal yang salah. Manakala, ada yang berpegang teguh pada prinsip kebenaran, maka ada proses menentang arus menentang hal yang salah. Ketika ketakutan terjadi, maka keluarlah kalimat ini.

Contohnya,  saya pernah melihat,  seorang pegawai yang mencoba tidak ikutan menyuap untuk mengikuti kursus yang berpengaruh pada kepangkatan.  Namun, temannya berkata, "Sudahlah, ikutanlah, paling berapa, biar kita bisa kursus. Lagian jangan sok idealis lah, takkan selesai urusan dunia ini oleh kita sendiri."

Busyet, saya jadi berfikir. Apakah salah berjalan dengan prinsip kebenaran? Haruskah di cemooh dengan kalimat seperti itu. Memang tidak akan selesai urusan dunia oleh kita sendiri. Namun, ketika kita berpegang pada kebenaran, hal itu adalah kebaikan dan hal yang bermanfaat bagi kita. Sungguh, itu adalah tindakan kongkrit kita walau sepele, dan kecil, itu adalah bukti langsung kita menyelamatkan dunia ini dari kejahatan, yang fana. Kalau semua orang melakukan hal yang benar, walau kecil dan sederhana, saya yakin selesai juga urusan dunia. Haha....kalu semua penghuni bumi, berpegang teguh pada kebenaran.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun