Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Hujan, 24 Februari

30 November 2023   17:55 Diperbarui: 30 November 2023   17:57 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Hujan, 24 Februari

Mbah Har,

Banyak yang telah berubah. Aku lupa kapan terakhir menjauh dari langit ini. Hanya yang pasti sang waktu masih menjaga tempat ini, menjaga tetap setia hingga saat ini.

Sangat hati-hati aku akan mengatakan "Walaupun angin tak nampak, namun selalu memberi kesejukan". Dan sama hati-hatinya pula aku berujar "Aku melihat cahaya yang menerangi walaupun samar tak tersentuh tangan".

Detik pertama aku lewati dengan duduk di balik setir mobil. Aku biarkan aku menjadi milik-Nya. Aku biarkan diriku karena aku sedang bisa meniti diantara sejuta pohon cemara.

Sungguh aku sedang jatuh dalam nostalgia. Dan detik kedua aku masih belum bergeming. Hanya saja, aku tidak tahu sedang bahagiakan, atau sedihkah aku di sini. Sementara perasaanku menyeringai tiap jengkal tanahnya, sementara hatiku berbicara tentang hatiku dan hatimu.

Detik ketiga, aku belum bosan. Ada yang belum berubah. Aku bicara ada yang belum berubah masih dari balik stir mobilku. Dengan sedikit menghela nafas panjang, aku mulai petualangan panjang ini. Mengeruk keyakinan yang tak pernah berubah, bahwasanya dunia ini sempit yang mempertemukan langit penglihatanku pada langit yang sama...dulu dan sekarang.

Detik berikutnya aku mengulum pandangan mata. Aku biarkan terpejam, tapi bukan berarti mengantuk (maklum baru saja menempuh perjalanan panjang dari barat sana). Aku memejankan mata untuk melihat jari mataku mengungkapkan ketertenggelamannya, menghentikan jalan waktu sementara untuk melihat bayang wajah...bayang wajah.

Sejurus lamanya aku luruskan tangan dan luruskan kaki. Aku perlu teman untuk menemaniku melangkah pergi malam ini...malam ini, karena hari ini belumlah larut.

Tepat tanggal 24 Februari, tetapi bukanlah sama dengan waktu kemarin.

Aku buka jendela mobil. Ditarik tiba-tiba, tertelanjangi bau harum menyeruak wangi. Berlari mengelilingi tanah di bumi ini. Melayang terlintas jagad raya menari cinta. Sesekali aku merasa mataku buta berbicara logika. Yaa Allah apa yang terjadi dengan jiwaku?

Dan ini adalah perjalanan untukku. Aku mulai dari sini. Dan dari sini aku pernah merasa hebat dan menjadi hebat. Mengejar diri dan mengajariku diri meraih cinta.

Jika hidup ternyata senantiasa membuat aku selalu bersama. Pesan itu tertulis dari balik dinding teras dimana aku duduk sekarang. Tak ada ekspresi tenang, tak ada pula gerak. Tapi ketukan itu selalu menghayati relung bisu sedari dulu berwarna putih dalam.

Segelas teh dari Puncak menemaniku malam ini. Bukan kopi, bukan kopi  bukan pula karena aku tak suka kopi. Tetapi teh dari Puncak ini aku pilih karena beraroma "Jasmine" inginkan dari ku menemani keterdiamanku. Lihat saja...

Nada bicaraku mulai berasap, pertanda hawa dingin Ijen semakin deras mengalir turun. Tak mengapa karena ini adalah sabda alam. Pula titik-titik hujan tipis mewarnai dedaunan di puncak sana. Dan atau basah tanah terincak kaki-kaki penuh darah dan penuh nanah. Hijau perdu riuah rendah tidak meneriakkan sakitnya saat kakiku terpeleset licin.

Aku lanjutkan...

Dingin...belahan jiwaku, mataku semu, lembut hatiku bergejolak memuntahkan parasnya perasaanku. Separuh putaran bumi gemuruh bergetar memuntahkan kerikil keringat. Dan percik pertama menetes di pipiku memberi kekuatan yang datang bersamaan kabut putih yang turun.

Dan sekali lagi aku kembali ke sini untuk memulai waktuku. Dulu aku sempat berkeyakinan, diantara separuh putaran bumi yang lain, jalan yang panjang bahwa aku akan kembali kemari dalam keadaan dan bentuk apapun untuk menuai waktuku, melewatkan masa. Hari ini Dia mewujudkan rencana indahNya...Alhamdullilah.

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun