Dan ini adalah perjalanan untukku. Aku mulai dari sini. Dan dari sini aku pernah merasa hebat dan menjadi hebat. Mengejar diri dan mengajariku diri meraih cinta.
Jika hidup ternyata senantiasa membuat aku selalu bersama. Pesan itu tertulis dari balik dinding teras dimana aku duduk sekarang. Tak ada ekspresi tenang, tak ada pula gerak. Tapi ketukan itu selalu menghayati relung bisu sedari dulu berwarna putih dalam.
Segelas teh dari Puncak menemaniku malam ini. Bukan kopi, bukan kopi  bukan pula karena aku tak suka kopi. Tetapi teh dari Puncak ini aku pilih karena beraroma "Jasmine" inginkan dari ku menemani keterdiamanku. Lihat saja...
Nada bicaraku mulai berasap, pertanda hawa dingin Ijen semakin deras mengalir turun. Tak mengapa karena ini adalah sabda alam. Pula titik-titik hujan tipis mewarnai dedaunan di puncak sana. Dan atau basah tanah terincak kaki-kaki penuh darah dan penuh nanah. Hijau perdu riuah rendah tidak meneriakkan sakitnya saat kakiku terpeleset licin.
Aku lanjutkan...
Dingin...belahan jiwaku, mataku semu, lembut hatiku bergejolak memuntahkan parasnya perasaanku. Separuh putaran bumi gemuruh bergetar memuntahkan kerikil keringat. Dan percik pertama menetes di pipiku memberi kekuatan yang datang bersamaan kabut putih yang turun.
Dan sekali lagi aku kembali ke sini untuk memulai waktuku. Dulu aku sempat berkeyakinan, diantara separuh putaran bumi yang lain, jalan yang panjang bahwa aku akan kembali kemari dalam keadaan dan bentuk apapun untuk menuai waktuku, melewatkan masa. Hari ini Dia mewujudkan rencana indahNya...Alhamdullilah.
Â