Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Risalah (Berkebun Gandum)

18 Juni 2023   18:00 Diperbarui: 18 Juni 2023   18:03 384
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam medan perang, aku sombongkan medan perang adalah menjadi pelayanku. Suara lesatan anak panah adalah terduga, dan kemenangan yang ada dapati.

Aku hanya membakar diri, dalam api memanggil seolah menantang. Bekunya es menaikkan malamku untuk bergelut tanpa selimut hati. Untuk mengikuti arah angin, aku sekedar bercermin ufuk kemenangan belaka.

Mengapa berdusta hanya untuk cinta? Tiada yang tersisa di jiwa. Lawasnya dunia kembali menarik diriku keterpaan air laut. Memahami waktu kapan air laut pasang, kapan pula air laut surut.

Aku berusaha berprasangka ke arah mana angin laut berhembus. Serta, ke mana angin darat mendaratkan kenangan. Disaat itulah pasangan cinta hakikatnya menghidupkan waktu Bersama, bukan sekedar menghabiskan waktu Bersama.

Dan aku akan kembali Bersama letak alasan gelombang samudera pasang. Aku akan duduk tepat di atas batu karang untuk membasuh langit jiwa. Memasang telinga diharibaan. Sedikit menyalakan lilin seredup redupnya menghidupkan cahaya menetapkan penerangan fana disapu sapuan angin dan lesatan titik ombak. "Menghidupkan hidup dalam perjuangan satu langkah Bersama memaknai cinta".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun