Mohon tunggu...
WAHYU AW
WAHYU AW Mohon Tunggu... Sales - KARYAWAN SWASTA

TRAVELING DAN MENULIS

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

T.T.K (Jogjakarta - Angin Tak Pernah Berhenti Bergerak)

7 Mei 2023   18:00 Diperbarui: 7 Mei 2023   18:24 372
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

T.T.K (Jogjakarta-Angin Tak Pernah Berhenti Bergerak)

Mbah Har  - Wahyu

"Aku tahu sesungguhnya bilamana doaku dijawab, yaitu bilamana aku telah menerima segala ketetapanNya (Allah) dengan Ridho"

"Katakanlah, apapun yang menjadikanmu tergetar, itulah bisa jadi yang terbaik". Terlalu banyak benih kutabur di jalanan, musnah terbang. Sebelumnya di tikungan jalanan, mataku terbentang dalam setiap balik jeruji. Keberanianku tersikut dalam tiap nyanyian rimbun daun. Sekali waktu (itu) dulu melihat jendela dari balik cermin. Merobek jantung sangat dalam. Kota ini membawaku harus pulang, seperti halnya angin meniup bersiul tajam.

"Bila tak kunyatakan dalam kehendak kata, maka akan kusimpan selamanya dalam doa di  dada".

Teringat aku pancaran mata bening cemerlang. Deras mengalir tanpa terbendung, mengalir sampai ujung jemari membawa aku terbang. Mengejar impian senyap di telan impian rimba maya. sementara aku rebah, terlalu kecil mengejar kesempurnaan. Dalam bayang-bayang terwujud impian dikala menjaring mentari terbangun, semburat tergambar jam pasir hilang disapu ombak pasang letih terpacu....ooohhh bunga cinta.

Aku ada bersamamu, selamat malam isi bumi. Aku tahu engkau mencium melati yang aku hembuskan, walau kau tak membalasnya tadi malam. kata hati jujur berkata.

Dan kini, izinkan aku bercerita perjalananku tadi malam. aku pejamkan mataku, samar mendengar suaramu. Semua langkah yang aku buat meninggalkan jejak di bumi, maka dari itu aku tidak perlu risau bila hari ini nanti seandainya engkau belum menjawab. Artinya masih tersimpan di surga, menunggu aku sendiri siap menerimanya karena saat ini aku dinilai oleh semesta belum siap menerimanya.

Nafas yang aku hembuskan meninggalkan kristal-kristas berserakan di kertas putih. Suara angin, dekatkan wajahmu di bawah sinar lampu tak perlu katakan rindu lewat nyayian karena dia sendiri telah bergerak tanpa harus terlihat mata dukaku. Hening menembus waktu, sukmaku melambung berharap gelora nyanyianku sendiri yang aku dengar dan itulah aku yang selalu berharap keceriannya. Berharap menunggu yang mungkin hanya bisa dengan rerumputan bergoyang dalam lemah langkah.

Betapa banyak aku meminta tentang cinta, betapa makin aku terjebak dalam dorongan jiwa. Seketika itu dia bilang tentang janji yang terbawa, belum waktunya aku miliki di hari kemarin dan di hari ini. Mungkin, sekali lagi mungkin esok di hari ketika atau bisa jadi di kehidupan ke tiga baru sampailah giliranku. Dan aku akan tetap menunggu dalam kisah lama ini.

kereta biru terhenti di stasiun Tugu jogja. Terbaca oleh suara angin menyiasati kesunyian. Katakanlah keseberang aku melangkahkah kaki. Terbang menembus waktu merisaukan luka dan kepedihan. Sekiranya dentingan kecapi sumbang menyeruak seperti kerikil tajam menyiram jiwa. Bersama hiruk pikuk hujan diantara cucuran peluh sepasang sepatu debu tergolek setia menunggu "itu janji".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun