Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masa Puber Kedua dalam hidup Selibat dan Cara Mengatasinya

22 Desember 2020   03:56 Diperbarui: 22 Desember 2020   04:02 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Puber Kedua

Manusia hidup dan berkembang sesuai dengan fase atau tahap kehidupannya secara normal dan teratur. Tahap atau fase itu dimulai dari masa kanak-kanak, masa remaja, masa dewasa, dan masa tua. Ketika berada pada usia dewasa, baik laki-laki maupun perempuan akan mengalami yang namanya masa puber kedua. 

Masa puber kedua, merupakan suatu masa dimana seseorang akan berhadapan dengan sekumpulan gejala psikologis yang kompleks. Ada perasaan gelisah, cemas, pesimis, mudah bersedih hati, dan lain sebagainya. Tidak semua orang akan menghadapi dan mengatasi masa ini dengan baik. Pada titik tertentu, tekanan psikologis yang dialami, dapat menimbulkan depresi atau gangguan mental pada pribadi tertentu. Sedangkan mereka yang mampu menghadapinya dengan baik, masa ini akan melahirkan peluang baru yang amat bermanfaat.

Hidup Selibat

Selibat dapat dimengerti sebagai suatu pilihan hidup yang didasarkan pada suatu pandangan atau pemikiran tertentu dengan memutuskan untuk hidup tanpa menikah. Point penting atau inti dari cara hidup ini adalah hidup dalam kesucian, dengan mengikrarkan kaul kemurnian, kemiskinan, dan ketaatan. 

Cara hidup selibat dapat ditemukan dalam Gereja Katolik (para pastor/imam, biarawan-biarawati), biksu atau biksuni dalam agama Budha, para mistikus, dan kaum sufi. Bagi kaum selibat dalam Gereja Katolik, mereka memilih cara hidup demikian dengan alasan "demi Kerajaan Allah". 

Mereka ingin memberikan seluruh diri dan hidup secara total dan utuh demi karya pelayanan kepada sesama dengan mendasarkan diri pada ajaran kasih yang diajarkan oleh Yesus Kristus tanpa terikat atau terganggu dengan hal-hal duniawi (isteri atau suami, anak-anak, gaji atau upah, dan lain sebagainya).

Hidup Selibat dan Puber Kedua

Pribadi-pribadi yang memutuskan untuk memilih hidup dalam selibat (terutama dalam Gereja Katolik) adalah manusia-manusia biasa dan normal sama seperti manusia lain pada umumnya. Mereka juga tumbuh dan berkembang secara bertahap sesuai dengan fase-fase kehidupan yang dialami oleh bangsa manusia lainnya. 

Mereka tidaklah sempurna sama seperti Allah yang adalah sempurna. Atau dengan memilih hidup selibat lalu mereka itu mati rasa, tidak mengalami gangguan psikologis atau tidak mengenal depresi, dan lain sebagainya. Ketika memasuki masa dewasa, mereka juga pasti mengalami yang namanya masa puber kedua. 

Mengatasi Puber Kedua Di Kalangan Selibat

1. Hidup Doa yang Teratur

Melalui hidup doa yang rutin dan teratur, niscaya para selibater dapat mengalahkan godaan yang timbul pada masa puber kedua. Segala kekhawatiran, kegelisahan, dan berbagai gangguan psikologi lain yang lahir pada masa atau fase ini, dapat dikalahkan dengan doa dan sikap takut akan Allah. Doa dalam keheningan biara yang senantiasa tercipta, tentu dapat memberikan ketenangan, baik ketenangan pikiran maupun ketenangan hati. 

2. Mengembangkan Bakat atau Talenta

Berkunjung ke biara-biara para kaum selibat (Katolik), di sana akan ditemukan berbagai macam kreatifitas. Beternak, bertani, melukis, menulis, bermain musik, sarana olahraga yang lumayan lengkap, dan lain sebagainya. Dengan melakukan beragam kreatifitas yang ada maka, masa puber kedua dan segala gangguan yang diciptakannya, dapat dilawan dengan benar dan tepat.

3. Rutinitas yang Padat

Rutinitas hidup para kaum selibat cukup padat tetapi teratur. Seluruh waktu yang tersedia, hampir terisi dengan berbagai macam kegiatan. Sejak pagi hingga malam hari, diisi dengan kesibukan-kesibukan, baik yang bersifat komuniter maupun pribadi. Dengan rutinitas hidup yang demikian padat itu maka, pikiran-pikiran negatif yang menggoncang psikologi, dapat dikalahkan.

Walaupun demikian, sekali lagi, dari kesadaran yang sungguh dapat dikatakan bahwa ketiga hal di atas tidaklah menjamin kesempurnaan hidup seorang selibater dalam melawan masa puber kedua dan segala tantangannya. Mereka juga manusia-manusia biasa dan pasti akan mengalami kejatuhan, kelemahan, keterbatasan, dan ketidakberdayaan. Mereka bukanlah Allah, hanya berjuang untuk mewujudkan apa yang dikehendaki Allah dengan cara dan jalan hidup yang dipilih.

Tulisan ini lahir dari refleksi pribadi penulis. Sekiranya ada kekurangan, kesilafan, dan berbagai hal tidak menyenangkan lain yang terdapat di dalamnya, dengan penuh keterbukaan saya menerima kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun