Mohon tunggu...
MEX MALAOF
MEX MALAOF Mohon Tunggu... Pemuka Agama - Terus Bertumbuh dan Berbuah Bagi Banyak Orang

Tuhan Turut Bekerja Dalam Segala Sesuatunya

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Masa Puber Kedua dalam hidup Selibat dan Cara Mengatasinya

22 Desember 2020   03:56 Diperbarui: 22 Desember 2020   04:02 871
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

1. Hidup Doa yang Teratur

Melalui hidup doa yang rutin dan teratur, niscaya para selibater dapat mengalahkan godaan yang timbul pada masa puber kedua. Segala kekhawatiran, kegelisahan, dan berbagai gangguan psikologi lain yang lahir pada masa atau fase ini, dapat dikalahkan dengan doa dan sikap takut akan Allah. Doa dalam keheningan biara yang senantiasa tercipta, tentu dapat memberikan ketenangan, baik ketenangan pikiran maupun ketenangan hati. 

2. Mengembangkan Bakat atau Talenta

Berkunjung ke biara-biara para kaum selibat (Katolik), di sana akan ditemukan berbagai macam kreatifitas. Beternak, bertani, melukis, menulis, bermain musik, sarana olahraga yang lumayan lengkap, dan lain sebagainya. Dengan melakukan beragam kreatifitas yang ada maka, masa puber kedua dan segala gangguan yang diciptakannya, dapat dilawan dengan benar dan tepat.

3. Rutinitas yang Padat

Rutinitas hidup para kaum selibat cukup padat tetapi teratur. Seluruh waktu yang tersedia, hampir terisi dengan berbagai macam kegiatan. Sejak pagi hingga malam hari, diisi dengan kesibukan-kesibukan, baik yang bersifat komuniter maupun pribadi. Dengan rutinitas hidup yang demikian padat itu maka, pikiran-pikiran negatif yang menggoncang psikologi, dapat dikalahkan.

Walaupun demikian, sekali lagi, dari kesadaran yang sungguh dapat dikatakan bahwa ketiga hal di atas tidaklah menjamin kesempurnaan hidup seorang selibater dalam melawan masa puber kedua dan segala tantangannya. Mereka juga manusia-manusia biasa dan pasti akan mengalami kejatuhan, kelemahan, keterbatasan, dan ketidakberdayaan. Mereka bukanlah Allah, hanya berjuang untuk mewujudkan apa yang dikehendaki Allah dengan cara dan jalan hidup yang dipilih.

Tulisan ini lahir dari refleksi pribadi penulis. Sekiranya ada kekurangan, kesilafan, dan berbagai hal tidak menyenangkan lain yang terdapat di dalamnya, dengan penuh keterbukaan saya menerima kritik dan saran yang berguna untuk menyempurnakannya. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun