Mohon tunggu...
Maximilianus Sipayung
Maximilianus Sipayung Mohon Tunggu... Freelancer - Welcome..

Semoga apa yang tertulis dapat berguna dan juga menghibur

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kesepian adalah Kekuatan Part 2

22 Oktober 2019   14:48 Diperbarui: 22 Oktober 2019   15:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Sudah lonceng pulang sekolah? Tidak terasa. Aku kembali melihat sekelilingku. Cuci mata kalau kata orang -- orang. Aku harus mengakui kalau sekolahku banyak memiliki siswi cantik. Aku Cuma mengagumi mereka begitu saja. Aku tidak menegur satu pun dari mereka. Aku butuh waktu bersantai sejenak sebelum mengambil tasku ke kelas. Mungkin mereka juga sudah membuang tasku atau bahkan membuat isi tasku berserakan. Aku tidak terlalu memikirkannya. Masa bodoh. Aku ingin focus. Fokus menikmati udara segar yang menerpaku. Menikmati pemandangan indah yang ada didepan mataku. Aku ingin melupakan sejenak atas apa yang menimpaku tadi. Aku berusaha menggerakkan badanku satu per satu. Masih sangat sakit. Tanganku dan kakiku juga masih sulit digerakkan. Aku ingin memikirkan bagaimana nantinya saat aku pulang dan sampai dirumah. Apa yang akan kukatakan pada orang tuaku? Aku terdiam sejenak. Aku seperti memiliki ide gila yang akan kulakukan. Bagaimana aku tidak pulang hari ini dan pulang besok harinya? Bisakah? Tapi aku tau itu bakal membuat orang tuaku mencariku entah kemana. Aku hanya akan menimbulkan masalah baru. Aku memutuskan untuk pulang saja. Mungkin setengah jam lagi aku mengambil tasku dan pulang. Tidak. Aku harus pulang sekarang. Otakku tidak dapat berpikir jauh lagi. Aku butuh istirahat. Aku ingin tidur. Aku mulai berjalan perlahan kearah kelas. Seperti orang pincang, aku selalu merasakan sakit saat akan menapakkan kakiku. Aku mulai diliatin orang -- orang disekitarku. Aku tidak memperdulikannya. Yang terpenting sekarang adalah aku dapat sampai kerumah dengan selamat agar aku bisa tidur nyenyak dan melupakan segala sesuatunya untuk beberapa saat. Sesampainya dikelas aku melihat bangku tempat aku biasa duduk. Aku tidak melihat tasku. Aku mulai mengelilingi kelas dan tidak menemukan petunjuk apapun. Benar dugaanku. Mereka sudah mencampakkan tasku entah kemana. Aku kelelahan. Aku duduk kembali. Mulai berpikir dimana kira -- kira mereka membuang tasku dan isinya. Aku tidak bisa lagi berpikir. Aku mulai berjalan mengelilingi kelas demi kelas. Memeriksa setiap inci dari setiap kelas yang kulewati. Tak lupa juga aku memeriksa tong sampah demi tong sampah yang ada disekitar sekolahku itu. Aku tidak menemukannya. Aku hampir putus asa. Tetapi, kalau aku istirahat lagi sekarang dan kembali duduk aku bakal terlalu lama untuk sampai dirumah. Aku mulai berjalan lagi. Memeriksa kelas demi kelas yang kemungkinan menjadi tempat disembunyikannya tasku. Aku tetap tidak menemukannya. Aku berdiri di depan salah satu kelas dan bersandar disitu. Aku tidak bisa diam saja begini terus menerus. Aku tidak bisa membiarkan mereka melakukan ini padaku setiap hari. Aku harus melakukan sesuatu. Aku mulai memeriksa taman depan sekolah. Aku mencari dengan teliti inci tiap inci taman sekolah itu dan tidak menemukan apapun disana. Setelah selesai aku melihat taman itu kembali dan menyadari aku sudah membuat semuanya berantakan. Aku kembali ke kelasku untuk menghindari penjaga sekolah. Dia cukup seram soalnya. Aku mulai duduk dan menekuk kepalaku. Hancur sudah. Pulang tanpa tas. Ini semakin buruk saja.

            "Apa kamu cari ini? Ini punyamu?"

            "Ancilla?"

Bersambung...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun