Mohon tunggu...
Maximilianus Sipayung
Maximilianus Sipayung Mohon Tunggu... Freelancer - Welcome..

Semoga apa yang tertulis dapat berguna dan juga menghibur

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Kesepian adalah Kekuatan Part 2

22 Oktober 2019   14:48 Diperbarui: 22 Oktober 2019   15:19 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

            "Ancilla adalah pacarku. Mengganggunya berarti kamu mencari masalah." kata Dicky.

Cemburu. Sepertinya dia cemburu. Aku ingin sekali tertawa lepas tetapi rahang dan tulang pipiku sepertinya memar dan aku tidak dapat menggerakkannya. Aku hanya menahan rasa ingin tertawa itu. Aku bisa tersenyum meskipun sedikit. Aku bakal mengingatnya sebagai suatu kebodohan seorang laki -- laki. Memukul seorang hanya karna cemburu hanya dilakukan oleh orang bodoh. Setidaknya begitulah pikiranku saat itu. Dicky melihat senyumanku dan mulai merasa tersinggung akan sesuatu. Dia mulai menendangku lagi diikuti oleh teman -- temannya. Aku berusaha menghindar dan menepis beberapa tendangan yang mereka arahkan ke kepada dan perutku tapi aku tidak bisa. Mereka terlalu banyak. Tenagaku habis. Akhirnya aku tergeletak lemas dan mereka sepertinya juga merasa kelelahan.

            Kondisiku sepertinya sudah kacau balau. Aku melihat tanganku. Lecet dan berdarah. Kemudian aku melihat mereka berjalan perlahan meninggalkanku. Aku berusaha duduk. Aku berhasil.

            "Woi. Mau kemana kalian orang lemah tak berotak?" kataku.

Mereka melihat kearahku. Mereka berbicara satu sama lain. Entah apa yang mereka katakan. Aku hanya tersenyum sambil bangkit berdiri. Aku seperti masih belum bisa melakukannya. Badanku terlalu banyak luka. Tapi aku berdiri. Menegakkan badanku dan sedikit mendongakkan kepalaku. Aku kembali tersenyum kearah mereka. Aku merasa belum puas sebelum aku benar -- benar tidak dapat berdiri lagi. Mungkin ini karena terlalu sering dihajar orang. Mereka mulai mendatangiku. Senyumku tiba -- tiba hilang.

            "Apa maksudmu?" kata Dicky.

            "Kamu adalah orang paling bodoh dan paling lemah yang pernah memukuliku."

Dia mulai melayangkan pukulannya sama seperti saat dia akan memukulku tadi. Aku membalasnya dengan memukul hidungnya. Telak sekali. Dia terjatuh. Tapi, tenagaku habis. Aku mulai tersenyum kembali. Teman -- temannya tidak tinggal diam. Mereka mulai menyerangku dari segala arah. Kembali menghajarku dengan sisa -- sisa tenaga mereka. Mereka menghajarku dari sejak aku berdiri sampai aku tergeletak ditanah tanpa rasa kasihan. Mereka sudah tidak menghiraukan apa -- apa lagi selain menghancurkanku dan membuatku bersimbah darah. Benar saja, aku mengeluarkan banyak darah dari setiap titik badanku yang banyak menerima pukulan. Mereka mengangkat Dicky dan pergi meninggalkanku. Aku ingin tertawa lagi. Sungguh. Tapi tulang pipiku kurasakan seperti patah. Kulit diatasnya juga koyak. Aku bisa merasakannya. Aku hanya bisa menunda rasa ingin tertawaku. Aku hanya melihat kearah langit dan mengatur nafasku. Kemudian aku melihat sekelilingku. Mereka hanya melihatku sebentar dan meninggalkanku begitu saja. Mataku pun mulai menutup secara perlahan. Berat sekali rasanya. Apakah aku mati? Aku kehabisan tenaga. Aku pasti akan mati. Mati di sekolahku sendiri? Tidak mungkin. Tidak mungkin aku selemah itu.

            Aku pun sadar. Wajahku seperti basah. Tapi aku merasa tanah tempat aku terbaring sangat kering. "Ini tidak mungkin hujan", pikirku. Aku mulai mencoba membuka mataku. Aku tidak dapat melakukannya. Sangat berat. Perasaan apa ini? Apa aku sudah mati? Tidak. Aku mencoba mengalirkan sisa tenagaku ke mataku. Aku membuka mataku. Kemudian aku merasakan sedikit silau. Aku mendengar suara teriakan kecil.

            "Putri? Dewi?"

            "Cieeee yang pingsan." kata mereka.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun