Siapa sangka, sebuah desa kecil di Kediri, Jawa Timur, bernama Pare, bisa menjadi magnet bagi ribuan anak muda (dari Sabang sampai Merauke) yang berburu ilmu bahasa Inggris? Pare dikenal sebagai "Kampung Inggris", tempat ini menawarkan pengalaman belajar yang unik dan berkesan bagi saya.
Awal Mula Mengenal Kampung Inggris
Saya sering berselancar di Instagram, Iklan seputar kursus Bahasa Inggris di Kampung Inggris sering kali muncul. Saya mengikuti beberapa akun yang menawarkan program-program yang menarik dan menjanjikan.
Pada suatu hari di bulan Oktober Tahun 2024, Sekitar pukul 13.08 WITA saya tergerak untuk mengirim pesan ke sebuah Lembaga yang cukup meyakinkan.
Dengan semangat membara dan sedikit rasa cemas (karena penipuan yang marak terjadi) saya mulai memberanikan diri untuk bertanya -di salah satu akun instagram centang biru milik sebuah Lembaga kursus- mengenai segala sesuatu, termasuk program yang ditawarkan di tempat kursus tersebut.
Nama Lembaga tersebut adalah Kampung Inggris LC, Lembaga ini cukup meyakinkan saya mengenai kualitas pembelajaran dan fasilitas yang ditawarkan -kesimpulan ini saya ambil setelah memperoleh respon baik dari admin dan mengamati media sosial Lembaga tersebut yang sangat baik mempromosikan kegiatan belajar mengajar secara menarik.
Selain itu, saya juga giat memastikan letak tempat kursus tersebut melalui google map. Teknologi memang sangat membantu, walaupun saya belum pernah ke Pare, saya bisa mengetahui Lokasi kursus melalui peta elektronik yang tersedia di Handphone.
Setelah membangun komunikasi yang baik dengan pihak Lembaga kursus, saya memutuskan untuk mengambil program TOEFL Mastery Class satu bulan -sesuai dengan kebutuhan saya pada waktu itu untuk mengakses beasiswa LPDP S2 daerah Afirmasi Luar Negeri.
Tanpa berpikir panjang, saya langsung mengirim uang muka untuk mengakses program.
Perjalanan DimulaiÂ
Sekitar tanggal 5 November 2024 saya memutuskan untuk berangkat ke Pare, saya berangkat menggunakan kapal Dharma Rucita VIII dari Pelabuhan IPPI Kabupaten Ende menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
Setibanya di Surabaya, saya dijemput oleh "Bapa Lo'o" (yang artinya Bapak Kecil, sapaan yang digunakan untuk memanggil adik sepupu laki-laki dari Ayah saya dalam Bahasa Lio).
Beliau menjemput saya di Pelabuhan Tanjung Perak sekitar jam 22.00 WIB menggunakan kendaraan bermotor. Kami berjalan menuju Dukuh Setro VII (nama salah satu gang di Surabaya yang hanya bisa dilalui kendaraan roda dua, tempat tinggal Bapak Kecil saya).
Saya menginap di rumah Bapa Lo'o hampir satu minggu, baru kemudian melanjutkan perjalanan menggunakan kereta api menuju Kediri. Setibanya di Kediri saya menggunakan Gojek manuju Pare.
Saya menginap di sebuah kos, nama kosnya adalah Kos Mak Gatih. Orangnya sangat ramah. Saya kerap diajak makan Bersama keluarga.
Saya menginap di tempat tersebut selama 3 (tiga) hari sambil menunggu tanggal penerimaan siswa baru di Kampung Inggris LC.
Petualangan bahasa Inggris saya di Pare terbagi dalam tiga babak yang berbeda, masing-masing dengan nuansa dan pelajaran tak terlupakan: pertama di Kampung Inggris LC, kedua di FLIP Education, dan ketiga di Mahesa Institut.
Babak Pertama: Kampung Inggris LC
Saat pertama kali masuk ke Kampung Inggris LC saya merasakan atmosfer yang jelas sangat berbeda dengan tempat saya berasal. Kami dibagi ke kamar-kamar yang sudah disediakan, satu kamar bisa menampung tiga sampai empat orang.
Saya (berasal dari Flores) satu kamar dengan Mas Fiko (berasal dari Probolinggo, Jawa Timur) dan Mas Imam (dari Padang, Sumatra Barat). Tiga pemuda dari tiga pulau yang berbeda dipersatukan oleh sebuah kamar yang disediakan Kampung Inggris LC.
Keesokan harinya kegiatan dimulai, ada acara penerimaan siswa baru dan saya juga mengikuti pre-test TOEFL. Siswa yang mengambil program TOEFL Mastery class hanya dua orang, saya Bersama dengan kak Fatya, seorang gadis dari Cirebon.
Luar biasa setiap hari terdapat empat teacher yang datang secara bergilir sesuai jadwal untuk mengajar kami berdua. Ada Mr. Adit yang mengajar Structure pada jam pertama, Miss Musliha yang mengajar listening, Miss Ana Yang mengajar Structure dan Mr Seff yang mengajar Reading Comprehension.
Saya berjuang mengikuti kursus secara serius di tempat ini, sampai pada minggu ketiga Kesehatan saya drop. Saya mulai sakit-sakitan. Mungkin karena saya sering mengonsumsi fast food selama di Pare. Walau demikian saya berjuang untuk menyelesaikan program yang telah saya ambil. Â Â
Ada cukup banyak habitus baik yang dibentuk selama di pare, seperti semangat menghafal kosa kata dan mempelajari structure kalimat. Â Â
Ada aturan "English Area", setiap siswa yang memasuki English Area harus berbicara menggunakan Bahasa Inggris. Walau aturannya demikian, masih banyak teman yang sulit menggunakan Bahasa Inggris tetap menggunakan Bahasa Indonesia.
Meskipun sulit, saya berusaha mendorong kedua teman saya yang mengambil program General English untuk berbicara menggunakan Bahasa Inggris mulai dari bangun tidur, percakapan di lorong hingga saat membeli makanan (karena ada beberapa penjual makanan yang fasih berbahasa Inggris di sana).
Awalnya, tentu saja, canggung. Lidah terasa kaku, kosakata terbatas, dan rasa malu seringkali menghampiri. Tetapi perlahan-lahan pembiasaan diri itu berhasil, saya Bersama teman-teman mulai agak fasih berbicara Bahasa Inggris.
Tak terasa sebulan berlalu dan program kami selesai, masing-masing dari kami mulai sibuk mencari tempat kursus lanjutan -lantaran belum puas dengan perkembangan kemampuan Bahasa Inggris yang dirasakan.
Ada yang mengeluh stress karena sudah satu bulan atau dua bulan berada di tempat kursus tetapi belum ada peningkatan. Saya pun demikian, belum mencapai target TOEFL 500+. Saya juga mulai sibuk mencari tempat kursus lanjutan, FLIP Education menjadi tujuan saya selanjutnya.
Dari pengalaman ini saya belajar bahwa, tempat yang menyediakan fasilitas yang sangat bagus dengan jadwal pengajaran yang rutin sekalipun tidak sama sekali menjamin secara total individu dapat dengan cepat fasih berbahasa Inggris. Â
Motivasi, perjuangan luar biasa dan semangat pribadi sangat menentukan perkembangan kita secara personal. Saya masih akan lanjutkan cerita pengalaman belajar Bahasa Inggris di Flip dan Mahesa Institute di cerita berikutnya. Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI