Tulisan ini merupakan sebuah upaya menyederhanakan pemikiran Filsuf Heidegger mengenai tiga komponen eksistensial dari ketersingkapan. Keberadaan manusia di dalam dunia itu tersingkap dalam tiga cara mendasar: Befindlichkeit (keadaan mental atau rasa yang dalam), Verstehen (pemahaman), dan Verfallen (keterjatuhan).
Befindlichkeit (keadaan mental atau rasa yang dalam)
Seorang anak yang baru lahir (bayi) menangis. Anak itu menangis karena merasakan suatu dunia yang sangat berbeda dari sebelumnya. Sebelumnya ia tinggal dalam perut ibu, ia merasakan kenyamanan. Hidupnya sangat bergantung pada ibu, bahkan hal sederhana seperti menghirup udara segar pun Ibu yang melakukannya.
Kemudian ia lahir ke dunia yang tidak dipilihnya sendiri. Ia mulai merasakan kenyataan yang ada di Dunia. Sang bayi merasakan sebuah dunia yang penuh dengan rasa: rasa takut, rasa cemas, rasa gembira, rasa sedih, rasa panas,rasa dingin dan masih banyak lagi rasa lainya.
Berbagai macam rasa yang timbul tersebut tidak dapat dihindarinya, karena rasa dan keberadaan manusia di dalam dunia itu ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan --rasa itu menjadi tanda bahwa manusia itu ada. Hal yang dapat dilakukan manusia adalah menikmati berbagai macam rasa yang muncul tersebut.
Verstehen (pemahaman)
Manusia yang lahir ke dalam dunia memang menemukan dirinya sendiri sebagai yang sudah terberi. Namun, keterberian itu tetap merupakan sebuah tugas yang harus diwujudkan. Dengan demikian, anak yang baru lahir itu mulai bertumbuh seiring berjalannya waktu. Ia mulai berjuang untuk merangkak, berjalan dan akhirnya bisa berlari.
Kemudian seorang anak kecil bertumbuh menjadi seorang remaja yang memiliki cita-cita yang hendak dicapai. Perjuangan seorang remaja untuk memahami dan ketekunan dalam bertindak membuahkan hasil yang baik. Ia kemudian bertumbuh menjadi orang dewasa yang memiliki pekerjaan, sebagai dokter, polisi, pilot dan lain sebagainya.
Dengan demikian keinginan manusia belum juga usai. Manusia selalu memiliki keinginan mewujudkan sesuatu dalam hidupnya. Keinginan untuk berada di dunia secara aktif dan mengisi ruang-ruang kosong dalam hidupnya membuat manusia tidak pernah berhenti berjuang.
Verfallen (keterjatuhan)
Keberadaan manusia di dalam dunia tentu tidak sendiri. Manusia hidup diantara makhluk hidup lain, benda-benda lain, dan begitu banyak realitas lain yang ada di dunia. Hal tersebut memungkinkan manusia mengambil bagian dan memiliki hubungan yang tidak terbatas dengan segala sesuatu yang ada di dunia.
Seorang manusia yang terlalu sibuk dalam meniti karir di dalam dunia dan seorang manusia yang terlalu sibuk berelasi dengan benda-benda hasil temuan di dunia ini kerap mengabaikan hal-hal lain yang tidak kalah penting dalam dirinya.
Manusia yang terlalu sibuk mengurus persoalan yang ada di luar dirinya kerap lupa dengan persoalan mendasar tentang dirinya (misalnya persoalan kesehaatan yang tidak diperhatikan). Hal ini tentu akan membawa dampak negatif yang fatal bagi keberlangsungan hidup manusia.
Selain itu masih ada pengalaman lain, manusia yang tenggelam dalam kemudahan dan kenikmatan yang ditawarkan teknologi kerap 'lupa diri'. Manusia kerap menghabiskan waktu berjam-jam di depan layar handphone tanpa ada hal yang benar-benar membekas dalam dirinya. Manusia yang ketagihan menggunakan handphone akan lupa dengan realitas dunia yang lebih luas dan merefleksikan tentang dirinya lebih jauh.
Pengalaman-pengalaman tersebut adalah contoh-contoh kecil keterlubatan manusia yang membuat manusia tidak menemukan diri sebagai dirinya sendiri. Hal demikian yang disebut Heidegger sebagai keterjatuhan.
Akhirnya, Heidegger sesungguhnya memiliki penjelasan yang lebih kompleks dan komperhensif mengenai tiga cara ketersingkapan Dasein (istilah yang digunakan untuk menyebut manusia agar dapat dibedakan dengan benda-benda). Namun, tawaran akan sesuatu yang sederhana akan selalu berguna bagi 'awam filsafat' --mereka yang tidak berkecimpung secara langsung dalam dunia filsafat.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI