Tiga hari yang lalu, buku Neksus (2025) karya YNH kukhatamkan. Butuh waktu dua bulan untuk menamatkannya. Bacanya memang santai saja, namun saya sangat serius menelaah setiap pemikirannya. Setelah membaca buku itu, saya jadi punya niat kuat juga untuk menuntaskan dua bukunya yang terdahulu, Sapiens (2017) yang sedang kubaca saat ini dan Homo Deus (2018) yang insyaallah akan kubaca dalam waktu dekat nanti.
Saat Sapiens booming sekitar delapan tahun yang lalu, saya beneran tidak berminat untuk ikutan latah. Memang udah bawaanku selalu menghindar atau skeptis dari hal-hal yang menurutku rasanya terlalu booming, terlalu viral. Seri Game Of Thrones aja kutamatkan setelah lima tahun dari masa-masa viralnya. Maaf, melenceng dikit.Â
Setelah menamatkan Neksus dan membaca sekilas Sapiens serta Homo Deus, saya dah bisa menangkap benang merah akar pemikirannya. Pemikirannya sangat berbahaya dari perspektif agama, agama apapun, karena Yuval menganggap semua agama hanyalah mitos yang diciptakan oleh manusia, mitos yang bagaimanapun tetap berguna, yang sifatnya menyatukan namun sekaligus menjadi pemecah belah spesies Homo sapiens.
FYI, Yuval secara gamblang menyatakan dirinya seorang ateis sekaligus homo.
Pemikirannya kuanggap berbahaya karena dengan cara yang halus sekali mencoba meruntuhkan pondasi-pondasi keimanan agamais para pembacanya.Â
Mulai dari narasi terciptanya manusia dari sudut pandang Bioevolusi hingga pertumbuhan dan perkembangannya sampai sekarang yang dibentuk oleh aliran informasi mitos-mitos, kisah-kisah atau dongeng-dongeng, dimana kesemuanya itu selanjutnya membentuk korporasi, negara hingga agama.Â
Kemampuan menciptakan cerita dan atau bercerita serta menyebarkannya inilah yang membuat Homo sapiens bisa menguasai dunia, kemampuan teruniknya yang membedakannya dengan mahluk-mahluk biologis lain (kemampuan unik ini sedang diambil alih oleh Ai, dan inilah titik kritis bahayanya Ai yang sangat dikhawatirkan oleh Yuval).
Saya jadi semakin yakin kebenaran berita seorang wanita muda keturunan seorang tokoh nasional yang populer, yang melepas jilbabnya setelah membaca buku Sapiens. Untuk poin ini, saya benar-benar sangat menyarankan kepada setiap orang tua atau para guru, khususnya guru agama, supaya mendampingi anak-anak atau muridnya bila mereka sedang atau pengen membaca buku-bukunya.
Lantas, mengapa malah sangat tertarik menuntaskan semua bukunya?
Pertama. Kepenulisannya sangat bagus sekali. Narasinya mengalir lancar, kronologis, dengan argumentasi yang sangat logis, disertai begitu banyak fakta sains yang nyaris mustahil bisa dibantah. Semuanya disampaikannya tanpa menimbulkan kesan persuasif atau mengajak. Salah satu buku terbaik dari sekian banyak buku yang pernah kubaca, ini salah satu alasan utama saya tetap membacanya. Saya mau mempelajari kepenulisannya.