Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan, Kreator sampah plastik

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Menguak Mitos dan Kisah Sejarah Kali Jagir dan Banyu Urip

25 Juli 2021   21:38 Diperbarui: 11 Agustus 2021   03:02 3376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pintu Air Jagir (dok.pri) 

Pada masa kolonialisme Belanda di Surabaya, kondisi Kali Mas masih bersih, jauh dari polusi. Kapal-kapal berukuran kecil atau perahu lalu-lalang melewati Kali Mas yang waktu itu mungkin masih lebih lebar daripada keadaan sungai yang sekarang. 

Kalau boleh dibandingkan mungkin tak berbeda jauh dari sarana transportasi sungai di Belanda atau Venesia (Italia).  

Kali Jagir Surabaya 

Sebagian sungai di Surabaya umumnya berkontribusi sebagai bahan baku air kran (PDAM=Perusahaan Daerah Air Minum), tak terkecuali Kali Jagir. 

Sayangnya seiring dengan perkembangan masyarakat kota dan arus industrialisasi, kualitas air sungai di Surabaya dikhawatirkan akan mengalami penurunan. Bahkan mungkin sudah menurun kualitasnya. 

Kali Jagir dan pintu airnya (dok.pri) 
Kali Jagir dan pintu airnya (dok.pri) 

Sebagian warga Surabaya menjadikan Kali Jagir sebagai tempat mengail ikan. Dulu sempat tersiar kabar kalau Kali Jagir itu banyak menelan korban. Konon malapetaka itu akibat ulah siluman buaya putih (Jawa = Bajul Kroman) penunggu Kali Jagir. 

Sempat merebak kabar pula kalau muncul orang tua sakti mandraguna yang berhasil menolong banyak korban tenggelam. Lalu sosok tua penolong orang yang tenggelam tadi dijuluki "mbah kalab". 

Mbah kalab kini sudah tiada. Jasa beliau menolong orang yang tenggelam menjadikan namanya dikenang sepanjang masa. Kini yang mengemban tugas mulia meneruskan perjuangan beliau bernama Mbah Malang. 

Kali Jagir mengalir menuju laut  (selat) Madura. Di Kali Jagir inilah terdapat bangunan pintu air, ya tak ubahnya Pintu Air Katulampa di Bogor atau Pintu Air Manggarai di Jakarta. 

Sebagai sebuah bangunan bendung bernilai sejarah yang difungsikan sebagai pengendali banjir Kota Surabaya, tentu saja Pintu Air Jagir harus senantiasa dalam keadaan terpelihara. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun