Mohon tunggu...
Mawan Sidarta S.P.
Mawan Sidarta S.P. Mohon Tunggu... Lifelong learner, Penyuka traveling, Pemerhati sejarah (purbakala) - lingkungan - masalah sosial - kebudayaan.

Lulusan S1 Agronomi Fakultas Pertanian Universitas Jember. Pernah bekerja di perusahaan eksploitasi kayu hutan (logging operation) di Sampit (Kalimantan Tengah) dan Jakarta, Projek Asian Development Bank (ADB) pendampingan petani karet di Kuala Kurun (Kalimantan Tengah), PT. Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) Surabaya. Sekarang berwirausaha kecil-kecilan di rumah. E-mail : mawansidarta@yahoo.co.id atau mawansidarta01@gmail.com https://www.youtube.com/channel/UCW6t_nUm2OIfGuP8dfGDIAg https://www.instagram.com/mawansidarta https://www.facebook.com/mawan.sidarta https://twitter.com/MawanSidarta1

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Pramuka Tak Sekadar Tepuk Tangan dan Bernyanyi

10 Oktober 2018   19:30 Diperbarui: 10 Oktober 2018   19:38 831
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sering kan di antara kita menyaksikan ada sekelompok anggota pramuka dewasa dan para pembinanya melakukan kegiatan menyalakan api unggun di kawasan hutan tertentu untuk keperluan survei atau ekspedisi tertentu.

Sekedar untuk diketahui bahwa menyalakan api unggun bukanlah kegiatan pramuka yang identik dengan keisengan dan bermain semata. 

Menyalakan api unggun antara lain bertujuan untuk menerangi lingkup sekitarnya, menghangatkan badan karena suhu udara yang sangat dingin (ekstrim), menghalau datangnya binatang buas, sebagai tanda bahwa di kawasan itu ada aktivitas orang bahkan mungkin juga sebagai sebuah isyarat akan terjadinya bahaya atau bencana. 

Menyalakan api unggun juga berfungsi sebagai sumber api untuk memasak dimalam hari. 

Seiring dengan bertambahnya tingkat pendidikan (usia) dan skill anggota pramuka, kegiatan kepramukaan sudah mulai beragam terutama menyangkut kegiatan kemanusiaan, kebersihan dan sanitasi lingkungan, bakti sosial, olah raga, donor darah atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan upaya penanggulangan dampak bencana seperti yang belum lama ini terjadi di Lombok dan Sulawesi Tengah.

Situs resmi gerakan pramuka nasional (kwarnas) dan beberapa media online terkemuka menyebutkan bahwa sejumlah kwartir daerah (kwarda) dan kwarnas awal Oktober 2018 lalu diterjunkan ke beberapa wilayah di Sulawesi Tengah yang mengalami bencana gempa (1)(2).

Para anggota pramuka tadi sengaja dikirim untuk membantu proses evakuasi korban gempa. Tak hanya membantu proses evakuasi korban, mereka juga dikerahkan untuk bergabung dengan para relawan dan tim SAR gabungan agar penanganan korban bencana dan distribusi bantuan (makanan, air minum, obat-obatan dan keperluan lainnya) segera sampai di tangan korban.

Kepramukaan zaman sekarang tak melulu berkemah dan bernyanyi saja,  melainkan lebih kompleks kegiatannya, termasuk bagaimana anggota pramuka tadi melakukan pertolongan korban akibat gunung meletus. Atau mengevakuasi korban (pendaki) yang tersesat di atas gunung (Dasar Operasi Gunung /DOG). 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun