Bencana alam gempa bumi, tsunami dan fenomena likuifaksi yang terjadi di Sulawesi Tengah tak pelak meluluh lantakkan semua yang ada di sekitarnya. Beberapa kota penting seperti Palu, Donggala dan Sigi menjadi rusak berat karenanya.Â
Bila ditaksir entah berapa besar kerugian yang dialami akibat hancurnya pemukiman warga dan berbagai infrastruktur yang ada. Belum lagi jatuhnya korban jiwa yang sementara ini sudah lebih dari dua ribu orang.
Pemerintah dengan segala daya dan upayanya telah berusaha mengirimkan bantuan dalam jumlah yang sangat besar mengingat bencana yang ditimbulkan gempa bermagnitudo 7,4 itu begitu dahsyatnya.Â
Bencana alam di Sulawesi Tengah mengundang simpati puluhan negara di dunia termasuk negara tetangga kita.Â
Tercatat ada sekitar 25 negara asing yang telah memberikan dukungan berupa bantuan makanan, pesawat angkut, obat-obatan, tenaga medis dan berbagai bentuk bantuan lainnya.
Berbagai elemen telah dikerahkan mulai dari Basarnas, TNI-Polri, tim SAR gabungan, tim kesehatan, PMI dan tak ketinggalan kwartir nasional (kwarnas) gerakan pramuka.Â
Pramuka tidak sekedar tepuk tangan dan bernyanyiÂ
Berbicara mengenai peran serta (keterlibatan) gerakan pramuka dalam membantu mengatasi dampak bencana di Sulawesi Tengah, mengingatkan saya sewaktu mengikuti kegiatan kepramukaan saat duduk di bangku Sekolah Dasar (SD).
Dalam sebuah kesempatan, kakak pembina saya kala itu memberikan arahan kalau banyak sekali manfaat yang kita dapatkan dengan mengikuti kegiatan kepramukaan.
Sepintas yang diajarkan di kepramukaan (level siaga) mungkin masih berkisar pada tepuk tangan, bernyanyi, pendidikan baris berbaris, pemahaman sandi morse dan sandi rumput, membaca makna bendera smafore, berkemah, jeritan tengah malam dan masih banyak lagi kegiatan kepramukaan yang pada intinya identik dengan bermain.
Kegiatan-kegiatan di level dasar (siaga) seperti berkemah, menghidupkan api unggun lalu tepuk tangan dan bernyanyi pastinya sangat menyenangkan. Kegiatan inipun masih relevan dan tak jarang dilakukan oleh anggota yang berada di level pramuka penggalang, penegak bahkan pandega (pembina) sekalipun.
Sering kan di antara kita menyaksikan ada sekelompok anggota pramuka dewasa dan para pembinanya melakukan kegiatan menyalakan api unggun di kawasan hutan tertentu untuk keperluan survei atau ekspedisi tertentu.
Sekedar untuk diketahui bahwa menyalakan api unggun bukanlah kegiatan pramuka yang identik dengan keisengan dan bermain semata.Â
Menyalakan api unggun antara lain bertujuan untuk menerangi lingkup sekitarnya, menghangatkan badan karena suhu udara yang sangat dingin (ekstrim), menghalau datangnya binatang buas, sebagai tanda bahwa di kawasan itu ada aktivitas orang bahkan mungkin juga sebagai sebuah isyarat akan terjadinya bahaya atau bencana.Â
Menyalakan api unggun juga berfungsi sebagai sumber api untuk memasak dimalam hari.Â
Seiring dengan bertambahnya tingkat pendidikan (usia) dan skill anggota pramuka, kegiatan kepramukaan sudah mulai beragam terutama menyangkut kegiatan kemanusiaan, kebersihan dan sanitasi lingkungan, bakti sosial, olah raga, donor darah atau kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan upaya penanggulangan dampak bencana seperti yang belum lama ini terjadi di Lombok dan Sulawesi Tengah.
Situs resmi gerakan pramuka nasional (kwarnas) dan beberapa media online terkemuka menyebutkan bahwa sejumlah kwartir daerah (kwarda) dan kwarnas awal Oktober 2018 lalu diterjunkan ke beberapa wilayah di Sulawesi Tengah yang mengalami bencana gempa (1)(2).
Para anggota pramuka tadi sengaja dikirim untuk membantu proses evakuasi korban gempa. Tak hanya membantu proses evakuasi korban, mereka juga dikerahkan untuk bergabung dengan para relawan dan tim SAR gabungan agar penanganan korban bencana dan distribusi bantuan (makanan, air minum, obat-obatan dan keperluan lainnya) segera sampai di tangan korban.
Kepramukaan zaman sekarang tak melulu berkemah dan bernyanyi saja, Â melainkan lebih kompleks kegiatannya, termasuk bagaimana anggota pramuka tadi melakukan pertolongan korban akibat gunung meletus. Atau mengevakuasi korban (pendaki) yang tersesat di atas gunung (Dasar Operasi Gunung /DOG).Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI