Mohon tunggu...
Maulana M. Syuhada
Maulana M. Syuhada Mohon Tunggu... lainnya -

Founder Tim Muhibah Angklung https://www.angklungmuhibah.id Buku: 40 Days in Europe (2007), Maryam Menggugat (2013), The Journey (2019)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

[JTS#1] Kalau Benci Sudah Membuta (Bagian 1)

15 Maret 2019   03:14 Diperbarui: 15 Maret 2019   04:59 4569
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pertemuan Jokowi dan Prabowo | Foto: Tahta Aidila/Republika

Saya bisa bekerja dengan siapapun. Namun tidak dengan dengan orang-orang yang tidak jujur. Sekali ketidakjujuran terungkap maka game over. Selama 3,5 tahun tinggal di Manchester, flatmate di apartemen saya berganti-ganti dan berasal dari negara yang berbeda-beda, mulai dari Polandia, Italia, Irlandia, Yaman, Ceko, hingga Jerman. 

Kami tinggal bertiga, ketika ada flatmate baru hadir, saya senantiasa ungkapkan, "Kejujuran itu segalanya buat saya. Kalau kamu sering kurang rapi, malas mencuci piring, acap kali membuat dapur berantakan, lupa jadwal membersihkan rumah, dan sebagainya, itu bisa saya toleransi dan kita bisa sama-sama memperbaikinya. Namun kalau sudah menyangkut masalah kejujuran, kamu tidak bisa tinggal di rumah ini.

Dan benar, saya pernah mengeluarkan seorang flatmate dari rumah karena berbohong. Mudah saja, hadirkan landlord ('Bapak Kos'), beri kesempatan kepada flatmate untuk membela diri, ketika terbukti berbohong, langsung out. Untungnya, landlord saya di Inggris sangat fair dan menjunjung tinggi integritas.

Prinsip ini saya terapkan tidak hanya di rumah, tetapi di mana pun saya beraktivitas; di kampus, di tempat kerja, di organisasi, bahkan di klub-klub olah raga yang saya ikuti. Saya pernah membongkar kasus penyelewengan keuangan di sebuah klub badminton di Manchester hingga setengah lebih anggota klub walk-out dan mendirikan klub baru.

Saya bahkan pernah memperkarakan hotel tempat saya bekerja, The Midland Hotel, ke pengadilan tenaga kerja (employment tribunal) karena ketidakjujuran dari pihak manajemen hotel dalam mengelola holiday pay.

Saya kehilangan pekerjaan dan harus berjuang selama 6 bulan hingga mendapat bantuan dari Lembaga Bantuan Hukum di Manchester dan perkara saya bisa masuk jadwal sidang pengadilan. Beberapa minggu menjelang sidang, The Midland Hotel dipublikasikan akan menjadi tuan rumah konferensi partai Konservatif ("The Tories") yang dipimpin oleh Perdana Menteri Inggris saat itu, David Cameron. 

Perlawanan saya terhadap The Midland hotel masuk koran lokal yang didukung oleh serikat pekerja dengan headline, "Tories Conference Hotel Faces Tribunal". Ini tentu sangat memalukan pihak hotel. Mereka tidak pernah menyangka, anak kecil, mahasiswa kere, orang asing seperti saya, bakal terus nekat melawan sebuah giant corporation. 

Sehari setelah berita dimuat di media, pengacara The Midland menawarkan settlement. Empat hari kemudian (atau 10 hari sebelum sidang pengadilan) The Midland melunasi semua holiday pay yang diperkarakan.  Saya masuk koran lagi dengan headline yang baru, "Student Beats The Midland Hotel In Fight Over Pay". Kronolignya lengkapnya di sini [5]. 

Kita semua tentu masih ingat ketika kita digegerkan dengan video "telur palsu" yang kemudian terklarifikasi bahwa berita telur palsu itu adalah berita bohong [6]. Telur yang difitnah sebagai palsu, ternyata ia adalah telur asli dan 100% dari ayam. Habis menonton video itu, saya tersenyum-senyum sendiri, dan kemudian merenung. Mungkin inilah potret Indonesia saat ini.

Ada beberapa hal yang menarik di situ. Pertama, bapak yang memeragakan dan mengumumkan bahwa telur tersebut paslu, sangat yakin bahwa telur tersebut palsu. Beliau meyakinkan masyarakat bahwa kuning telurnya terbuat dari silikon dan dinding putih telurnya dilapisi kertas. 

Kita kemudian tahu setelah beliau ditangkap polisi, dia mengaku bahwa dia hanya dapat informasi dari WA. Ironisnya sewaktu memeragakan telur palsu dia bilang, "Harus tabayyun memang kita ini!" Jadi si penyebar hoax ini merasa dirinya sudah tabayyun. Serendah itu memang definisi "tabayyun" buat sebagian masyarakat kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun