Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Olahraga Pilihan

Asian Games 2018, Kritikan Jordania, dan Dilema Pencak Silat

8 September 2018   07:42 Diperbarui: 8 September 2018   08:48 928
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Olahraga pencak silat. (Dok. Pribadi)

Harus diakui olahraga impor seperti yang disebutkan di atas memang menekankan pada latihan fisik dan mental yang keras, melalui proses yang panjang dan unsur olahraganya kuat.

Sedangkan di pencak silat, masih banyak aliran yang kurang menekankan aspek olahraganya. Masih menekankan pada unsur beladiri, dan prosesnya pun dikaitkan dengan hal-hal yang berbau non fisik. Banyak perguruan silat di kampung-kampung yang berlatih pada malam hari dan menjalankan ritual non fisik  seperti "Dirasul" (diurut), yang masih dekat dengan  kepercayaan animisme.

Banyak perguruan pencak silat yang menutup diri karena tidak ingin aliran yang dimilikinya diketahui oleh pihak lain. Pernah ada kejadian nyata, terjadi perdebatan hebat di antara pelatih pencak silat di Depok, karena ada tim dari Belanda yang ingin memfilmkan aliran pencak silat tersebut. Ada yang setuju, tetapi ada yang menolak karena takut aliran pencak silatnya diketahui orang-orang kulit putih.

Inferioritas dan ketertutupan sebagian perguruan pencak silat -- antara lain harus berlatih pada malam hari -- konon traumatik warisan sejak jaman penjajahan. Dulu orang berlatih silat diam-diam karena dilarang oleh Belanda. Penjajah waktu itu menganggap belajar beladiri bertujuan untuk melawan Belanda. Wallahualam.

Menjadi tugas pemerintah untuk meyakinkan aliran-aliran silat yang jumlahnya ratusan di Indonesia, untuk lebih terbuka dan mengembangkan metode pelatihan yang menyeimbangkan antara unsur olahraga dan beladiri, agar pencak silat digemari oleh generasi muda dan bisa masuk ke sekolah-sekolah.

Jika di Indonesia pencak silat sudah memasyarakat, lalu menjadi lebih terbuka di dunia. Bukan tidak mungkin pencak silat akan jadi cabang olahraga tetap yang dipertandingkan di Asian Games, bahkan di Olimpiade.

Prosesnya akan panjang. Belum tentu pada Asian Games 2022 di Hangzou atau Olimpiade mendatang akan diterima. Namun proses itu harus dijalani. Jangan terbiasa dengan proses instan, seperti dalam aliran silat ada ilmu "Hadiran", di mana hanya dengan membaca mantera tertentu seseorang sudah bisa menunjukan kemampuan bersilat, walau setelah itu lupa lagi dengan jurus-jurus yang pernah dikuasainya.

Pembinaan dan kompetisi

Terkait dengan keikutsertaan Indonesia di ajang olahraga internasional seperti Asian Games, pemerintah, khususnya kementerian yang menangani olahraga, harus sudah memikirkan dari sekarang, bagaimana caranya agar Indonesia bisa mempertahankan peringkat dengan meraih medali sebanyak yang diperoleh dalam Asian Games 2018.

Pemerintah harus menggenjot pembinaan atlet-atlet dari cabang olahraga yang selalu dipertandingkan di Asian Games. Antara lain atletik, renang, sepakbola, angkat besi dan cabang-cabang olahraga lainnya. Untuk mendapatkan atlet berprestasi, tidak bisa dilakukan secara instan. Semua harus melalui proses yang benar.

Selama ini, pemerintah cenderung abai dalam membina atlet-atlet muda. Pemerintah hanya mau memetik hasilnya, tanpa bersusah payah melalukan pembinaan, menyediakan sarana dan prasarana tertentu. Pemerintah masih berpegang pada prinsip "tiba masa tiba akal". Begitu butuh baru repot mencari-cari atau membentuk Pelatnas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Olahraga Selengkapnya
Lihat Olahraga Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun