Mohon tunggu...
Herman Wijaya
Herman Wijaya Mohon Tunggu... profesional -

Penulis Lepas.

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Film "Aib#Cyberbully", Balas Dendam Arwah Korban "Bully"

1 Agustus 2018   10:03 Diperbarui: 1 Agustus 2018   11:51 1094
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Poster film/imdb.com

Bahkan Sarah dan Antoni yang menjadi kekasih dan memanggil sayang kepada kekasihnya, ternyata pernah berbuat tidak senonoh dengan temannya. Sarah pernah berhubungan seks dengan Bondan; Antoni pernah menghamili Siska; Bondan yang penuh Tato ternyata biseks dan sebagainya. Bahkan aib orangtua mereka satu persatu dibeberkan di laman facebook, sehingga mereka terlibat pertengkaran hebat satu sama lain di facebook. Tidak berhenti sampai di situ, hantu Bianca lalu menghabisi mereka satu persatu.

Hantu milenial

Apa yang diangkat oleh Ammar Mukri dalam Aib #Cyberbully merupakan sebuah tema baru yang gres. Ammar tidak terjebak dalam pembuatan film horor yang menakuti penonton dengan gambar-gambar gelap, set rumah dan perabotan tua, kuburan atau hantu-hantu yang sudah begitu dikenal masyarakat penonton.

Tokoh-tokoh dalam film ini adalah anak-anak masa kini yang berpenampilan klimis, anak-anak milenial yang akrab dengan gadget dan media sosial. Lingkungan sosial mereka pun kalangan menengah atas. Set-set dalam film ini penuh warna menarik, tidak ada set gelap yang mencekam. Di tempat-tempat seperti itulah - di kamar tidur sahabat-sahabatnya - hantu Caca hadir.

Sosok hantu Caca pun tidak terlalu seram! hanya sosok perempuan dengan baju putih yang biasa dikenakan untuk jasad manusia - muslim -  menjelang pemakaman. Hantu Caca hanya diberi warna hitam di bagian matanya.

Dengan medium perangkat komputer dan media sosial itulah Ammar menghadirkan thriller dan horor mencekam. Penonton dibawa hanyut dalam konflik yang tergambar di layar komputer, walau pun ada scene-scene yang menggambarkan peristiwa mengerikan pada ke-8 anak muda itu menjelang ajalnya, seperti Siska yang mati terbakar di kamarnya, Donna yang terpeleset di kamar mandi, hingga kematian melalui proses mengerikan dengan pisau yang dialami Antoni


Meskipun tanpa set-set dan artistik menyeramkan, film ini berhasil menggambarkan suasana mencekam yang terus memberi ketegangan kepada penonton. Sejak hantu Caca masuk, sampai film berakhir, keteganan terus terjadi. Ammar Mukhi berhasil menjaga tempo adegan sehingga penonton tetap bertahan memelototi scene demi scene yang ditampilkan.

Sejak awal Ammar tidak memerlukan waktu terlalu lama untuk membetot perhatian penonton. Melalui informasi awal pada tokohnya, disusul dengan kematian Caca yang melompat dari lantai 2 bangunan sekolah hingga suasana pemakamannya, cukup menarik.

Cuma penggambaran scene pemakaman sangat kebarat-baratan. Suasana pemakaman yang sepi, para pengantar jenazah yang mengenakan pakaian dan kacamata hitam, mirip dengan adegan dalam film barat.

Kemudian adegan percakapan antara Sarah dan Antoni melalui video call terasa menjemukan adalah panjangnya . Meski pun disisipi dengan dialog-dialog nakal, tetapi percakapan antarkekasih ini terlalu lama, karena isi dialognya yang kosong.  Namun Ammar berhasil mengeksplorasi para pemain yang umumnya wajah-wajah baru, untuk memperlihatkan totalitas akting mereka.

Keputusan Ammar mengangkat tema baru dalam genre thriller / horor ini patut diapresiasi. Film ini makin melengkapi genre horor film Indonesia dan membuka cakrawala baru bahwa membuat film horor tidak melulu harus berputar-putar di seputar hantu tradisional dan rumah-rumah menyeramkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun