Mohon tunggu...
Mathilda AMW Birowo
Mathilda AMW Birowo Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, Konsultan PR

Empat dasawarsa menggeluti bidang Corporate Communication di Kompas Gramedia, Raja Garuda Mas Group dan Bank CIMB Niaga. Memiliki pengalaman khusus dalam menangani isu manajemen serta strategi komunikasi terkait dengan akuisisi dan merger. Sarjana Komunikasi UI dan Sastra Belanda ini memperoleh Master Komunikasi dari London School of Public Relations serta sertifikasi Managing Information dari Cambridge University. Setelah purnakarya, menjadi Konsultan Komunikasi di KOMINFO. Saat ini mengembangkan Anyes Bestari Komunika (ABK), dosen Ilmu Komunikasi di Universitas Indonesia; Universitas Multimedia Nusantara; Trainer di Gramedia Academy dan KOMINFO Learning Center serta fasilitator untuk persiapan Membangun Rumah Tangga KAJ; Dewan Pengurus Pusat Wanita Katolik RI; Ketua Umum Alumni Katolik UI; Koordinator Sinergi Perempuan Indonesia (Kumpulan Organisasi Perempuan Lintas Iman dan Profesi). Memperoleh penghargaan Indonesian Wonder Woman 2014 dari Universitas Indonesia atas pengembangan Lab Minibanking (FISIP UI) dan Boursegame (MM FEB UI); Australia Awards Indonesia 2018 aspek Interfaith Women Leaders. Ia telah menulis 5 buku tentang komunikasi, kepemimpinan dan pengembangan diri terbitan Gramedia. Tergabung dalam Ikatan Alumni Lemhannas RI (PPRA LXIV/Ikal 64).

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Hari Komunikasi Sosial Sedunia

16 Mei 2021   18:35 Diperbarui: 16 Mei 2021   18:40 407
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

MENJADI PELAKU KOMUNIKASI YANG BIJAK: BERANI BERKATA BENAR DIMANA BANYAK KEBOHONGAN, BERANI MELURUSKAN YANG MELENCENG, BERANI MEMBAWA DAMAI DALAM KEKISRUHAN

"Datang dan lihatlah" - Berkomunikasi, bertemu orang-orang sebagaimana dan di mana mereka berada. (Paus Fransiskus)

Dalam sebuah percakapan antar teman, "susah ya membedakan mana berita benar mana berita bohong alias hoax". Temannya menjawab, "jika judulnya provokator menyudutkan pihak atau individu tertentu, bisa juga bentuknya SARA atau politik, pembunuhan karakter...biasanya hoax". Teman pertama bertanya lagi, "nah kalau tidak ada unsur2 itu, tetapi beritanya positif, gimana?"  Kawan bijak dengan sabar berkata, "Lihat sumbernya, apakah Lembaga resmi memiliki integritas, kapabilitas,  artinya memang Lembaga yang memiliki kewenangan untuk mengeluarkan informasi tersebut"....percakapanpun berkembang, si kepo masih penasaran, "kalau yang ngirim hoax ngeyel tidak terima dibilang berita bohong..." Kawan bijak menimpali, : "sudahlah gak usah dipikirin daripada ribut!".

Secara sederhana komunikasi merupakan pengiriman pesan dari satu pihak kepada pihak lain, baik disengaja atau tidak disengaja. Roy M. Berko (author of communicating) mengatakan bahwa Komunikasi adalah kendaraan yang memungkinkan manusia mengingat masa lalu, berpikir di masa sekarang, dan merencanakan masa depan. Kata komunikasi atau communication dalam bahasa Inggris berasal dari kata Latin communis yang berarti "sama". Sama disini memiliki arti sama makna.

 Berkomunikasi & Bertemu

Sebagai manusia kita tak dapat lepas dari berkomunikasi, dan kita semua merupakan komunikator. Komunikasi intrapersonal adalah bentuk komunikasi dimana kita berbicara dengan diri sendiri. Komunikasi macam ini pada dasarnya sebuah refleksi diri atau menjadi awal dari kita berkomunikasi dengan orang lain. Sebagai contoh, ketika kita salah jalan dan bermaksud menanyakan arah yang benar kepada seseorang yang kita temui, maka sebelum menyampaikan pertanyaan, kita berdialog didalam diri kita apakah orang ini akan memberi petunjuk yang benar atau malah menyesatkan ?

Berlawanan dengan komunikasi intrapersonal, maka Komunikasi Interpersonal merupakan proses di mana orang bertukar informasi, perasaan, dan makna melalui pesan verbal dan non-verbal. Ujud dari komunikasi ini adalah komunikasi tatap muka yang dapat terjadi antara dua orang atau lebih, pengertian saat ini juga apa yang disebut sebagai komunikasi tatap layar (daring/dalam jaringan).  Joseph A. DeVito (author of the Interpersonal Communication Book) menyebutkan, komunikasi antar pribadi ini bukan hanya tentang apa yang sebenarnya dikatakan atau dengan bahasa apa yang digunakan, namun bagaimana dikatakan. Ceramah atau pidato merupakan salah satu bentuk keterampilan dalam berkomunikasi interpersonal.

Jika pesan disampaikan secara non-verbal, maka tidak diucapkan melainkan dikirim melalui nada suara, ekspresi wajah, gerak tubuh dan bahasa tubuh. Misalnya komunikasi yang terjadi pada seorang ibu yang menyusui bayinya, mungkin dalam beberapa menit mereka hanya terdiam, sang ibu membelai kepala sang bayi dengan penuh cinta, mata mereka saling memandang.  Melalui komunikasi nonverbal ini masing-masing merasakan kehangatan melalui kasih yang diekspresikan antar keduanya.

Ada juga komunikasi diadik (satu lawan satu). Praktek dalam komunikasi ini misalnya, ketika kita memanggil anak buah untuk menanyakan tentang laporan yang belum juga diserahkan. Kita memanggil dia ke dalam ruangan untuk kemudian meminta penjelasan terhadap keterlambatan penyerahan laporan. Kitapun seringkali melakukan komunikasi dalam kelompok kecil yakni yang melibatkan beberapa orang. Model ini biasa kita gunakan dalam rapat dengan tim kerja di bawah koordinasi kita. Atau, kelompok yang lebih besar saat kita menyosialisasikan sebuah kebijakan organisasi kepada seluruh anggota.

Di luar jenis-jenis komunikasi tadi, kita mengenal yang disebut komunikasi massa yakni komunikasi lintas jarak dengan audiensi besar dan menggunakan perangkat teknologi atau media massa seperti televisi, koran atau radio. Bagaimana penerapan dari komunikasi massa ini? Katakanlah, ketika kita ingin mempublikasikan produk baru atau program terkini dari organisasi atau perusahaan, maka kita perlu menggaet media apakah dengan pemuatan iklan atau penyebaran berita pers. Komunikasi massa biasa dilakukan untuk jangkauan yang luas dengan waktu yang segera.

Bagaimana dengan media baru dan media sosial? Marshall McLuhan, memperkenalkan teori  'desa global' pada 1960-an. Ia mendasarkan konsepnya dengan gagasan bahwa kemudian hari budaya akan fokus pada komunikasi dan mengarah pada interaksi pribadi. Global Village  artinya berbagai belahan dunia membentuk satu komunitas yang terhubung, memungkinkan orang-orang berkomunikasi dan terkoneksi satu dengan lainnya lintas negara. Pada waktu itu filsuf Canada ini sudah memprediksi adanya realitas baru di era digital yang memiliki implikasi  membentuk struktur baru yang bermakna secara sosial, global dalam konteks budaya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun