Mohon tunggu...
Masykur Mahmud
Masykur Mahmud Mohon Tunggu... Pemerhati literasi | peneliti bahasa | penulis buku bahasa Inggris

Menulis untuk berbagi ilmu | Pengajar TOEFL dan IELTS | Penulis materi belajar bahasa Inggris| Menguasai kurikulum Cambridge Interchange dan Cambridge Think | Contact: masykurten05@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Parenting Artikel Utama

Gaya Asuh Smartphone dan Efek Samping pada Working Memory

1 Februari 2025   21:41 Diperbarui: 4 Februari 2025   11:05 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"The literature on the addictive nature of smartphone technology makes several key claims. First, it claims to identify a neurochemical similarity between the brain mechanisms involved in so-called smartphone addictions and those involved in other types of addiction such as gambling or sex."

Sifat kecanduan (addiction) pada smartphone menghasilkan mekanisme kerja yang hampir serupa pada otak jika dibandingkan dengan kecanduan akan taruhan atau bahkan sex.

Otak manusia bekerja dengan merespon stimuli dari luar. Penggunaan smartphone dengan mengecek notifikasi berulang memancing otak mengeluarkan hormon dopamin. 

Dopamin bertindak sebagai senyawa kimia pengantar rangsangan ke seluruh tubuh. Semakin sering seseorang mengecek notifikasi ponsel, maka otak secara otomatis mengeluarkan hormon dopamin berupa rasa senang layaknya sifat candu. 

Oleh karenanya, distraksi yang dihasilkan smartphone cepat atau lambat megikis kinerja otak. Dalam hal ini, anak-anak yang terlalu sering memegang smartphone terasa sulit saat bernalar, sehingga berefek pada kesulitan fokus belajar.

Ada satu hal penting yang harus diketahui orang tua. Area Prefrontal cortex juga berdampak pada kemampuan manajemen waktu seseorang. Uniknya lagi, bagian otak ini akan terus berkembang sampai umur 25 tahun.

Oleh karenanya, anak-anak belum mampu membuat keputusan dibanding orang dewasa. Fungsi kognitif otak berkembang dengan baik didukung oleh input dari luar. 

Jika anak dibiarkan menggunakan smartphone, fungsi prefrontal cortex terganggu. Anak sulit membuat keputusan ketika dihadapkan pada hal-hal penting. Terkhusus pada konsentrasi belajar di sekolah yang menuntut kemampuan bernalar.

Peran orang tua dalam membimbing anak jelas tidak bisa diabaikan. Gaya asuh bermodal smartphone bak pedang bermata tajam. Di satu sisi mempermudah banyak hal, pada sisi lain merusak fungsi kognitif anak.

Remaja usia sekolah bahkan mudah tenggelam dalam smartphone. Mereka bisa duduk berjam-jam untuk mengakses game atau media sosial. Dampak negatif terlihat jelas pada buruknya manajemen waktu.

Akhirnya, anak-anak usia sekolah malah semakin sulit diajak untuk fokus berpikir. Kemampuan kognitif teralihkan oleh fitur-fitur smartphone berbalut notifikasi. 

Dalam bahasa Inggris, distraction bermakna a thing that prevents someone from giving full attention to something else. Simpelnya, sesuatu yang mengalihkan fokus pada satu pekerjaan disebut distraksi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun