Mohon tunggu...
Mas Teddy
Mas Teddy Mohon Tunggu... Buruh - Be Who You Are

- semakin banyak kamu belajar akan semakin sadarlah betapa sedikitnya yang kamu ketahui. - melatih kesabaran dengan main game jigsaw puzzle. - admin blog https://umarkayam.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Racun-racun Pendidikan (Bagian 2/2)

2 Mei 2018   12:00 Diperbarui: 2 Mei 2018   13:11 624
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(gambar dari joglosemar.co)

Bagi pembaca yang sekolah atau kuliah di jurusan IPS, jangan minder, berbanggalah! Jurusan IPS itu sama susahnya dengan jurusan IPA.

  • Terlalu Heboh Dalam Menyikapi UN

Saya tidak tahu persis kapan mulainya muncul fenomena yang menurut saya (cukup) menggelikan setiap menjelang dan sesudah pelaksanaan UN, baik yang tingkat SMP maupun SMU/SMK. Fenomena itu menjangkiti dunia pendidikan kita dari tingkat pusat sampai tingkat daerah. UN dianggap sebagai momok atau monster yang menakutkan dan siap memakan korban siapa saja, mulai dari siswa, guru, kepala sekolah, pejabat Diknas hingga Menteri Pendidikan.

  • (Dulu) Polisi Dilibatkan Untuk Menjaga Distribusi Soal UN

Saya merasa kasihan dengan pihak kepolisian. Di tengah-tengah tugas utamanya yang sudah demikian banyak, masih juga dibebani tugas untuk menjaga distribusi soal UN. Sepertinya pihak Departemen Pendidikan Nasional sudah tidak mempercayai lagi pengawas-pengawas dari kalangan internal mereka sendiri dalam menjaga kerahasiaan soal-soal UN sehingga harus memakai pengawas dari pihak luar.

Selain masalah distribusi yang (seringkali) tidak bisa tepat waktu, isu kebocoran soallah yang memaksa pihak Departemen Pendidikan Nasional melibatkan kepolisian dalam mengawal distribusi soal-soal UN. Tapi meskipun sudah dikawal oleh pihak kepolisian, isu kebocoran soal di beberapa tempat masih saja terjadi. Dan yang lebih menyedihkan, masih saja ada orang tua atau siswa yang percaya dengan bocoran ini. Orang tua dan siswa yang punya rasa percaya diri tentu tidak akan terpengaruh atau tergoda untuk mendapatkan bocoran soal UN ini.

Masalah distribusi soal UN ini sedikit teratasi dalam beberapa tahun terakhir karena Departemen Pendidikan Nasional telah menerapkan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK), meski belum seluruh sekolah siap melaksanakannya. Soal-soal UN dikirim ke sekolah melalui teknologi internet. Meski masalah baru muncul sehubungan dengan koneksi internet tetapi setidaknya sudah mengurangi keterlibatan pihak kepolisian.

  • Ritual Baru Menjelang UN

Dalam pengamatan saya, akhir-akhir ini ada beberapa ritual agak 'nyeleneh' yang sering muncul menjelang UN. Saya katakan agak 'nyeleneh' karena tidak ada kaitannya secara langsung dengan pelaksanaan UN. Ritual itu antara lain ; sungkeman, ziarah kubur dan istighosah.

(gambar dari joglosemar.co)
(gambar dari joglosemar.co)
Pertama, sungkeman. Dalam ritual sungkeman ini para siswa yang akan menjalani UN berbaris untuk sungkeman dengan para guru. Para siswa memohon maaf sekaligus memohon do'a restu semoga lancar dalam mengerjakan soal-soal UN. Suasananya pun dibuat sedemikian dramatis sehingga tidak sedikit yang mengucurkan air mata.

Pertanyaannya, memohon maaf untuk apa? Untuk kesalahan siswa? Tentu saja siswa punya banyak kesalahan terhadap guru-gurunya, tapi kenapa baru menjelang UN memohon maaf? Kenapa tidak dilakukan jauh-jauh hari sebelumnya? Atau memohon maaf seandainya nanti tidak bisa menjawab soal-soal UN? Belum mengerjakan, kok sudah mohon maaf. Kemudian memohon do'a restu. Tanpa siswa memohon do'a restu pun para guru dan orang tua sudah serta selalu mendo'akan kelancaran siswa mengerjakan UN. Justru do'a para guru dan orang tua lebih 'kenceng' dari do'a para siswa yang menjalani UN.

Tapi, itu kan bertujuan baik? Ya, kalau memang bertujuan baik, kenapa tidak dijadikan rutinitas saja sekalian supaya menjadi tradisi. Seminggu sekali atau dua minggu sekali, tiap hari Jum'at atau Sabtu, misalnya. Bukan hanya menjelang UN saja baru ada sungkeman.

Kedua, ziarah kubur. Saya hanya bisa 'ngowoh' saja ketika menyaksikan berita di sebuah stasiun TV swasta. Diberitakan serombongan siswa dan guru dari sebuah sekolah sedang melakukan ziarah kubur di sebuah kuburan seorang tokoh agama di Jawa. Ziarah itu bukan ziarah biasa karena dilakukan menjelang dilaksanakannya UN tingkat SMU/SMK. Salah seorang guru yang diwawancarai mengatakan bahwa ziarah itu dimaksudkan untuk menambah kekuatan mental siswa-siswanya yang akan menjalani UN. Rupanya ziarah kubur selain bertujuan untuk mengingat akan kematian juga untuk menambah mental siswa sebelum menjalani UN. Yah ... semoga saja benar adanya. Asalkan bukan untuk minta jawaban soal-soal UN ke arwah yang dikubur saja.

Ketiga, istighosah. Sepengetahuan saya istighosah dilakukan untuk meminta pertolongan terhadap suatu permasalahan yang yang 'luar biasa' atau 'super berat'. Jika istighosah ini dilakukan untuk menghadapi UN sebenarnya tidak ada salahnya tapi menurut saya (agak) terlalu berlebihan. Seharusnya UN tidak dianggap sebagai masalah yang 'super berat'. Jika sebuah permasalahan dianggap berat tentu akan terasa berat. Sebaliknya jika dianggap ringan akan terasa ringan. Seharusnya pihak sekolah memberikan sugesti kepada para siswa bahwa UN hanyalah sebuah 'kerikil' dalam perjalanan hidup seorang siswa. Kerikil yang mudah dilewati.

  • Dunia Serasa Kiamat Ketika Tidak Lulus Ujian

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun