Mohon tunggu...
Mas Teddy
Mas Teddy Mohon Tunggu... Buruh - Be Who You Are

- semakin banyak kamu belajar akan semakin sadarlah betapa sedikitnya yang kamu ketahui. - melatih kesabaran dengan main game jigsaw puzzle. - admin blog https://umarkayam.wordpress.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Lupakan yang Satu Ini Saat Tentukan Tanggal Pernikahan

12 Januari 2016   14:49 Diperbarui: 12 Januari 2016   16:32 285
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Begitu ada kepastian orang tua Bagus akan datang melamar anaknya, Ayu, Pak Wandi segera menghubungi keluarga besarnya, meminta mereka untuk ikut menyambut kedatangan orang tua dan keluarga Bagus. Persiapan untuk acara istimewa ini segera dimulai. Bersih-bersih dan cat rumah, sapu halaman tiap hari. Ranting pohon dan bunga yang tidak rapi, dipangkas. Pokoknya rumah jadi bersih, rapi dan kinclong.

Pak Arjo, sebagai orang yang dituakan yang juga pakdhe-nya, diminta untuk menghitung kapan tanggal baik resepsi pernikahan Ayu dan Bagus. Berdasarkan tanggal lahir kedua calon mempelai dan buku primbon Betaljemur Andhamakna, akhirnya Pak Arjo menemukan tanggal dan hari terbaik untuk acara resepsi pernikahan cucunya.

Hari yang ditunggu-tunggu pun tiba. Keluarga besar Bagus datang untuk melamar Ayu. Bagus didampingi kedua orang tuanya, Pak & Bu Indra, dua pasang paman dan tantenya serta salah satu dari dua adiknya. Suasana rumah Pak Wandi langsung berubah meriah.

Singkat cerita, lamaran keluarga Bagus pun diterima. Berikutnya adalah penentuan tanggal acara pernikahan.

“Begini, Pak Indra. Sebelumnya saya atas nama keluarga Ayu mohon maaf, karena untuk tanggal pernikahan saya sudah minta bantuan pakdhe saya untuk menghitung dan menentukannya. Jika Pak Indra merasa keberatan, kita bisa rundingkan lagi. Gimana, Pak Indra ?”

“Oh … nggak masalah, Pak Wandi. Toh, semua untuk kebaikan kita bersama.”

“Wahh … terima kasih Pak Indra. Memang menurut ajaran agama kita semua hari baik apalagi untuk menunaikan sunnah rasul. Tapi gak ada salahnya khan, kita ikuti tradisi budaya kita ?”

“Betul, Pak Wandi. Jadi menurut perhitungan pakdhe, kapan tanggal terbaik untuk acara pernikahan anak kita ?”

“Jadi berdasar tanggal weton dan neptu-nya anak-anak kita, tanggal yang paling baik itu menurut perhitungan pakdhe adalah hari Minggu, tanggal 8 Mei tahun ini. Gimana, Pak Indra ?”

“Hmmm …. Tanggal 8 Mei, ya? Berarti masih empat bulan lagi. Saya rasa cukup waktu empat bulan untuk persiapan.”

“Gimana, menurut kamu, cah Ayu ?”

“Saya sih, ngikut Bapak saja.”

“Kamu, Gus. Gimana ?”

“Sama dengan Ayu, Pak. Ngikut saja.”

“Kalian berdua memang kompak.”

Sementara kedua orang tua membicarakan detail teknis acara pernikahan, HP Ayu beberapa kali berbunyi, tanda ada SMS masuk.

Merasa terganggu dengan bunyi HP Ayu, ibunya pamit ke dalam sambil menyentil lengan Ayu.

“Ayo, nduk. Ikut ibu ke dalam sebentar.”

Di ruang dalam, ibu menegur Ayu.

“Kamu SMS siapa to, nduk ? Kok dari tadi HP-mu bunyi terus. Ini lagi acara penting. Mbok ya dimatikan dulu HP-nya !”

“Lho, SMS ini juga penting, Bu !”

“Emangnya SMS dari siapa ?”

“Mas Bagus.”

Lha, Bagus ada di depanmu kok main SMS-an. Rahasia, ya ?”

“Nggak, sih. Cuma mas Bagus nggak enak kalo mau ngomong langsung.”

“Ngomong apa ?”

“Mas Bagus minta acaranya diundur satu minggu, Bu.”

“Lho … ya, nggak bisa. Tadi khan sudah setuju, acaranya tanggal 8 Mei. Emangnya kenapa, kok minta diundur ?”

“Kalo dipaksakan tanggal 8 Mei, saya dan mas Bagus yang nelangsa, Bu. Makanya mas Bagus minta diundur satu minggu. Nggak apa-apa to, Bu ?”

Nelangsa gimana, wong itu hari bahagiamu !”

Ayu pun berbisik di telinga ibunya.

“Haahhh … masak ?!”

“Hussyyyy, … ibu. Jangan keras-keras !”

“Kamu yakin, nduk ?”

Ayu mengangguk.

“Sudah kamu hitung ? Yakin gak salah ?”

Ayu mengangguk lagi.

“Kalo gitu, Bapakmu harus dikasih tahu.”

Di ruang depan, Bu Wandi pun membisikkan apa yang dikatakan Ayu kepada suaminya. Pak Wandi pun tampak kebingungan.

Merasa ada yang aneh, Pak Indra pun bertanya,

“Maaf, Pak … Bu Wandi. Ada apa ini, kok kayaknya heboh ?”

“Begini, Pak Indra. Anak-anak minta acara pernikahannya diundur satu minggu.”

“Lho, … tadi sudah sepakat tanggal acaranya. Mereka katanya juga ngikut saja. Kok sekarang minta diundur ! Betul, Gus, kamu minta diundur acaranya ?!”

“Betul, Pak.”

“Kenapa, Gus ?”

Belum sempat Bagus menjawab pertanyaan bapaknya, Pak Wandi sudah menjawab lebih dulu.

“Begini, Pak Indra. Menurut hitungan Ayu, tanggal 8 Mei nanti itu kemungkinan besar dia lagi ‘dapet’, Pak.”

Dapet apa ?”

“Yahh … Pak Indra ini, masak nggak tahu. Ya … datang bulan-lah, Pak.”

“Ooooo …..itu, toh.”

Bagus dan Ayu pun menundukkan kepala, semua mata tertuju kepada mereka.

“Nak Ayu yakin ?”

“Yakin, Pak. Soalnya jadwal ‘dapet’ saya teratur kok. Untuk bulan Mei nanti sudah saya hitung, kalo nggak tanggal 6 ya 7, saya dapet-nya.”

“Ya, udah kalo gitu.”

“Pak Indra, kita sama-sama juga pernah jadi pengantin baru. Sudah seharusnya kita bisa memaklumi keinginan mereka.”

“Betul, Pak Wandi. Gimana rasanya kalo pas malam pertama istri kita kena ‘palang merah’. Pasti uring-uringanlah, kita. Ha … ha … ha …”

Semua yang ada di ruang tamu pun terbahak-bahak.

“Gimana, Pak ? Jadi diundur satu minggu ?”

“Yaahh ….. kali ini lebih baik gantian kita yang ngikut saja. He … he … he …”

“Betul, Pak. Lagi pula menurut pakdhe mundur satu minggu pun juga nggak apa-apa. Masih baik, kok. Mundur satu minggu berarti hari Minggu tanggal 15 Mei. Gimana, Pak Indra, sepakat ?”

“OK, sepakat !”

Setelah pembicaraan detail pernikahan selesai, keluarga Bagus pun berpamitan.

“Jangan lupa suntik TT ya, nak Ayu !” pesan Pak Indra ke calon menantunya, saat dia mencium tangannya.

Nggih, Pak.”

Hari bahagia yang ditunggu kedua keluarga itu pun tiba. Acara akad nikah dan resepsi berlangsung lancar. Malam pertama pun jadi malam yang paling indah bagi Ayu dan Bagus. Terbukti semenjak itu Ayu tak pernah datang bulan lagi, sampai akhirnya melahirkan bayi laki-laki yang sehat bernama Bayu, alias anaknya BAgus dan aYU.

Semoga bermanfaat. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun