Mohon tunggu...
masrierie
masrierie Mohon Tunggu... sekedar berbagi cerita

menulis dalam ruang dan waktu -

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bincang “Tambang untuk Kehidupan” di Museum Geologi Bandung, dan Pesona Wisata Kebumian

26 Oktober 2016   16:43 Diperbarui: 19 Maret 2018   08:53 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di ruangan Auditorium Museum Geologi yang memiliki panggung untuk para pembicara, layar untuk  infokus, dan replika fosil dinosaurus di satu sudutnya. Kami para kompasianer mendapat banyak pengetahuan tentang liku perjalanan Museum bersejarah ini.

Kepala Museum Geologi Bapak Oman Abdurahman  mengawali penjelasan tentang Museum Geologi , disertai penayangan video.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Museum Geologi, Sejarahnya

Museum satu-satunya di Indonesia yang memaparkan tentang sejarah bumi, fosil, geologi dan pertambangan dan segala hal tentang kebumian sampai bencana geologi terekam di sini. Belajar soal tambang di sini khususnya bagi para pelajar akan lebih mudah jika berkunjung kemari.

Pada zaman pemerintahan Belanda (1929-1941), Museum Geologi disebut Geologisch Laboratorium dan merupakan unit kerja dari “Dienst van het Mijnwezen” yang berganti nama menjadi “Dienst van den Mijnbouw”.Museum Geologi sebagai bagian dari laboratorium Paleontologi dan Kimia.

Berdasarkan video sejarah museum yang ditayangkan. Diungkapkan kekayaan Nusantara banyak menarik  datangnya bangsa asing. Bukan hanya karena rempah-rempah, tapi juga hasil tambangnya.

Penelitian geologi  untuk eksploitasi bahan tambang sejak abad 18 berlangsung intensif , utamanya sejak revolusi industri. Para ahli yang datang dan memanfaatkan hasil tambang semua berkebangsaan Eropa datang.  Bangsa Indonesia hanya dijadikan  kuli, dan tidak menikmati hasilnya.

Dienst van den Mijnbouw”, adalah nama  Museum Geologi saat  diresmikannya tanggal 16 Mei 1929. Waktunya bertepatan dengan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke IV di ITB (Bandung Technischee School).

Menjelang Perang Dunia ke  2 pemerintah Belanda kekurangan tenaga menengah geologi dan pertambangan. Sehingga  memilih 2 pegawai pribumi untuk ikut pendidikan sebagai asisten geologi coursedi Bandung. Arie Frederick Lasut dan dan Soenoe Soemosoesastro., yang tahun 1941 menyelesaikan pendidikan . Diangkat  sebagai  asisten ahli geologi di lapangan.

Menurut MM Poerbo,  Pak Arie Lasut dan Pak Soenoe  sangat berpengalaman di lapangan. Merekalah yang berperan dalam mencatat  semua kegiatan , data-data dan  hasil penelitian di  lapangan, sekaligus mereka juga yang  menyusunnya dalam bentuk laporan.

Belum lama mereka berdua  diangkat  sebagai  asisten ahli geologi, datanglah tentara Jepang menduduki Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun