Di ruangan Auditorium Museum Geologi yang memiliki panggung untuk para pembicara, layar untuk infokus, dan replika fosil dinosaurus di satu sudutnya. Kami para kompasianer mendapat banyak pengetahuan tentang liku perjalanan Museum bersejarah ini.
Kepala Museum Geologi Bapak Oman Abdurahman mengawali penjelasan tentang Museum Geologi , disertai penayangan video.

Museum satu-satunya di Indonesia yang memaparkan tentang sejarah bumi, fosil, geologi dan pertambangan dan segala hal tentang kebumian sampai bencana geologi terekam di sini. Belajar soal tambang di sini khususnya bagi para pelajar akan lebih mudah jika berkunjung kemari.
Pada zaman pemerintahan Belanda (1929-1941), Museum Geologi disebut Geologisch Laboratorium dan merupakan unit kerja dari “Dienst van het Mijnwezen” yang berganti nama menjadi “Dienst van den Mijnbouw”.Museum Geologi sebagai bagian dari laboratorium Paleontologi dan Kimia.
Berdasarkan video sejarah museum yang ditayangkan. Diungkapkan kekayaan Nusantara banyak menarik datangnya bangsa asing. Bukan hanya karena rempah-rempah, tapi juga hasil tambangnya.
Penelitian geologi untuk eksploitasi bahan tambang sejak abad 18 berlangsung intensif , utamanya sejak revolusi industri. Para ahli yang datang dan memanfaatkan hasil tambang semua berkebangsaan Eropa datang. Bangsa Indonesia hanya dijadikan kuli, dan tidak menikmati hasilnya.
“Dienst van den Mijnbouw”, adalah nama Museum Geologi saat diresmikannya tanggal 16 Mei 1929. Waktunya bertepatan dengan Kongres Ilmu Pengetahuan Pasifik ke IV di ITB (Bandung Technischee School).
Menjelang Perang Dunia ke 2 pemerintah Belanda kekurangan tenaga menengah geologi dan pertambangan. Sehingga memilih 2 pegawai pribumi untuk ikut pendidikan sebagai asisten geologi coursedi Bandung. Arie Frederick Lasut dan dan Soenoe Soemosoesastro., yang tahun 1941 menyelesaikan pendidikan . Diangkat sebagai asisten ahli geologi di lapangan.
Menurut MM Poerbo, Pak Arie Lasut dan Pak Soenoe sangat berpengalaman di lapangan. Merekalah yang berperan dalam mencatat semua kegiatan , data-data dan hasil penelitian di lapangan, sekaligus mereka juga yang menyusunnya dalam bentuk laporan.
Belum lama mereka berdua diangkat sebagai asisten ahli geologi, datanglah tentara Jepang menduduki Indonesia.