Mohon tunggu...
Mas Nawir
Mas Nawir Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta/Penulis lepas

Vlogger Blogger Youtuber

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ruwatan, Tolak Sengkala dalam Tradisi Jawa

2 April 2020   07:05 Diperbarui: 2 April 2020   07:13 312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruwatan nagari Gedong Songo /solopos

Sebab bila kotoran ini tidak segera disingkirkan maka akan menjadi pengganggu yang  berkelanjutan.

Orang jawa memililki cara tersendiri untuk mengusir bocah sukerta (sial)  dengan cara Ruwat. Dengan maksud menjaga dari kecelakaan yang ditimpakan oleh Dewa Batara. Biasanya ruwat dilaksanakan ketika: anak yang sedang sakit, anak tunggal yang tidak memiliki adik maupun kakak, terkena sial, jauh jodoh, susah mencari kehidupan, mempunyai tanda Wisnu (tanda putih pada badannya).

Dengan harapan setelah diruwat maka akan pergi semua kotoran yang melekat  baik pada diri ptibadi,  kelompok,  pedusunan,  bahkan sebuah negara.

Seperti sebuah cerita ;

Prabu Salya Gugur, Penyakit Hilang

Konon di medan Kurusetra tampak ribuan manusia menggelepar. Mereka serempak batuk-batuk sambil memegang dada yg panas & kepala yg tiba-tiba menjadi pusing, lalu ambruk di tanah.

Prabu Salya tersenyum menyaksikan kejadian yg mengerikan itu. Tujuannya adalah menunggu lawan seimbang yg akan dimajukan oleh pihak Pandawa. Pun, ajian pamungkasnya itu dikeluarkan semata-mata untuk mengakhiri hidupnya sendiri. Dia tahu bahwa ajian Candrabirawa miliknya itu tentu ada yg bisa menangkalnya, namun  dia tak tahu siapa yg dapat menanggulanginya.

Di seberang lautan manusia yg sedang berperang itu, dengan pandangan batinnya yg tajam, Kresna menyaksikan betapa mengerikan ajian Candrabirawa yg semakin lama terus membelah diri dari satu menjadi dua, empat, delapan, enambelas hingga kelipatannya dalam menjangkiti semua orang.

Di sebelahnya, para Pandawa menatap cemas menyaksikan ribuan manusia menjadi korban keganasan mahluk tak kasat mata itu.

"Kini saatnya kau maju ke Medan peperangan, wahai adikku Yudhistira. Tak ada yg dpt menandingi kakek Nakula dan Sadewa itu kecuali dirimu. Lihatlah perbuatannya yg begitu kejam membantai orang-orang tanpa belas kasihan lagi," kata Krisna.

Yudhistira yg berdiri di sebelahnya terhenyak ketika namanya disebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun