Mohon tunggu...
Mas Imam
Mas Imam Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

..ketika HATI bersuara dan RASA menuliskannya..

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Membeli Harapan

30 Oktober 2015   21:55 Diperbarui: 30 Oktober 2015   22:42 281
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"...Rasanya kalau sudah 'pasang' togel.. malamnya tidur dengan tenang karena berpunya harapan je Mas. Bangun pagi pun bergairah,.. menunggung ider mengumumkan angka yang keluar semalem. Kalau ga keluar seperti angka tebakan saya.. ya saya ga papa.. malah tetap semangat berangkat kerja mencari uang. Untuk dapat kembali membeli harapan.."

_______________________________

Aku bekerja paruh waktu sebagai pencuci piring dan peralatan makan lainnya di kafetaria kampus. Sudah dari semester yang lalu ku memulainya. Pagi hingga siang menjalani kuliah, dan tepat saat jam istirahat itu saat dimana ku mulai bekerja.

Di kafetaria ini karyawan penuh waktu berjumlah tujuh. Sembilan jika aku dan rekanku yang paruh waktu dihitung. Dari semua karyawan tersebut, ku paling dekat dengan Mas Nanang. Aku dan Mas Nanang dekat dapat dimaklumi karena giliran istirahat kami bersamaan.

Sore tadi sambari ku mulai beres-beres kafetaria menjelang tutup, ku lihat Mas Nanang duduk di ujung dapur tepat di tepian pintu menghadap halaman belakang. Semua orang sudah tahu kalau Mas Nanang setiap sore pasti sedang menerawang, mengerahkan semua daya-rasa guna mendapatkan dugaan yang paling menyakinkan. Ya,.. Ayah satu orang anak tersebut sedang mengisi kolom judi togel. Ya benar, setiap sore.. setiap hari! Mas Nanang pasang togel.

Pikirku ketika melihat orang berjudi adalah kasihan, karena ku tahu benar bahwa judi adalah tindakan yang tidak memberikan keuntungan jika dihitung dari besar kemungkinan, dan bahkan jika menangpun itu tiada sebanding dengan yang telah dikeluarkan. Ku melihat judi bukan masalah candu atau haram secara keagamaan, karena keyakinan tiap orang pasti berbeda. Namun semua orang, dalam pikirku, akan bertemu dalam langkah nalar yang sama.. karena semua orang apapun keyakinannya pasti mempunyai otak dan tentu mempunyai nalar. Orang berjudi hanya ada dua dimataku; Satu.. orang kaya tidak tahu kelebihan uang untuk apa, sehingga dibuangnya dalam adrenalin kesenangan. Dua, orang miskin lagi bodoh karena berharap kaya dari judi.

Akhirnya ku tak kuasa untuk bertanya atas aktifitas Mas Nanang tsb. Sebelum pulang, ku hampiri dia dan mengajaknya berbincang ringan. Isi perbincangannya adalah seputar judi,.. kami saling bertukar cerita, lebih tepatnya aku banyak bertanya dan Mas Nanang menjawabnya dengan berbagai macam cerita yang mengirinya. Ujung pembicaraan sore yang sepi tadi adalah hal yang akan selalu terekam olehku:

Mas Nanang (MN):.. iya sih Mas,.. kalau dipikir dan dihitung judi itu ga ada untungnya,.. kenyataannya malah mendapati rugi. (dengan nada datar.. seolah tidak ingin membahasnya)

Aku (A): Lah!, ternyata njenengan tahu Mas? (kejarku atas jawaban datarnya)..

MN: iya Mas, saya tahu. Namun jika saya menjalani hidup seperti ini, dengan penghasilan yang saya terima selama ini.. maka itungan saya juga tidak akan pernah nyampe untuk dapat mengumpulkan uang-lebih. Uang-lebih untuk berbagai macam kebutuhan istri dan permintaan anak. Seperti halnya saat ini saya sedang mengidamkan uang-menang untuk membeli sepeda anak saya. Hfftt.. ya setidaknya saya dulu pernah 'tembus' sekali 750rb., dan saat itu saya benar-benar senang bukan kepalang.. seolah punggung bersayap.. serasa terbang melayang..

A: upah sehari 30rb.. 10rb buat beli togel. Bawa pulang tinggal 20 rb. Eman-eman mas..

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun