Mohon tunggu...
Mas Gunggung
Mas Gunggung Mohon Tunggu... Penulis -

Selamat menikmati cerita silat "Tembang Tanpa Syair". Semoga bermanfaat dan menjadi kebaikan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Tembang Tanpa Syair - Jagad Tangguh - Bagian 26

21 April 2017   23:14 Diperbarui: 25 April 2017   04:00 1003
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Aku membungkuk memberikan penghormatan.

"Paman Guru, maafkan atas kelancanganku. Aku hanya belajar sedikit dan mencerna sedikit...", jawabku singkat.

"Hahahaha... Kau panggil aku Paman Guru! Bagus! Bagus! Aku suka sekali! Tua bangka bau tanah, lihat, lihat, dia sudah jadi muridku begitu memanggilku Paman Guru bahkan sebelum ia jadi muridmu! Hahaha", ucap laki-laki bertubuh besar itu sambil tertawa riang. Tingkahnya sangat lucu dan aneh menurutku. Tapi aku tahu bahwa ia bukanlah orang sembarangan. Sementara kakek tua didepanku hanya tersenyum saja.

"Anak muda! Kau tahu siapa aku ini?", tanya laki-laki tua bertubuh besar itu kepadaku.

Aku membungkuk hormat.

"Maafkan aku Paman Guru, aku tidak tahu", jawabku berterus terang.


"Aku adalah Ki Jamas, pewaris Perguruan Awan. Dan ini adalah muridku, Danang. Hari ini aku datang menemui si tua bangka ini untuk mengadu ilmu. Aku ingin tahu, ilmu siapa yang lebih hebat! Tapi bukan aku yang akan saling beradu ilmu. Aku sudah bosan! Bosan sekali! Tua bangka bau tanah itu ilmunya tidak ada habis-habisnya! Yang nanti meneruskan adalah muridku dengan murid si tua bangka itu! Aku ingin tahu siapa yang lebih hebat!", ucap laki-laki bertubuh besar yang bernama Ki Jamas.

"Sahabatku Ki Jamas. Mari kita duduk-duduk dulu minum teh. Dewi tolong ambilkan bangku panjang disana.", ucap kakek tua itu kepada Dewi. Tanpa menunggu lebih lama lagi Dewi langsung berjalan menuju salah satu bangku panjang yang ada di dekat kami.

"Tua bangka bau tanah! Kau tidak perlu repot-repot menyuruh murid cantikmu itu. Biar kulakukan sendiri...", ucap Ki Jamas dengan lantang.

Tangannya seketika dijulurkan ke arah bangku panjang itu, telapaknya terbuka lalu sekejap dibentuk seperti cakar. Terdengar suara bangku yang tertarik kearah Ki Jamas. Ya, bangku itu tertarik mengikuti arah tangan Ki Jamas.

Aku yang sudah kenyang dengan melihat kemampuan-kemampuan luar biasa di padepokan ini merasa tidak terlalu kaget dengan pertunjukan kemampuan seperti itu. Meski demikian tetap saja hal itu membuatku tercekat karena kemampuan-kemampuan yang umumnya hanya menjadi buah bibir saja kini kusaksikan sendiri di depan mata. Kemampuan menarik benda dari jarak jauh dengan sangat mudahnya dilakukan oleh Ki Jamas. Jika Ki Jamas yang terlihat asal-asalan saja bisa melakukan penarikan obyek dari jarak jauh, tentulah bisa dibayangkan bagaimana kemampuan kakek tua yang dipanggilnya dengan sebutan "tua bangka" itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun