Mohon tunggu...
Fathan Muhammad Taufiq
Fathan Muhammad Taufiq Mohon Tunggu... Administrasi - PNS yang punya hobi menulis

Pengabdi petani di Dataran Tinggi Gayo, peminat bidang Pertanian, Ketahanan Pangan dan Agroklimatologi

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Pemuda Bertani? Kenapa Tidak!

28 Oktober 2017   12:43 Diperbarui: 28 Oktober 2017   15:46 6265
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. Industry.co.id

Pertanian, sejatinya merupakan sektor informal yang paling sanggup menampung tenaga kerja nyaris tanpa batasan kuota. Luasnya cakupan sektor ini, membuat sektor pertanian menjadi satu-satunya sektor yang bisa menampung tenaga kerja tanpa persyaratan khusus dan kualifikasi pendidikan tertentu. Semua kalangan dapat masuk ke sektor ini, asal memiliki kemauan kuat untuk bekerja keras.

Semakin menyempitnya lahan pertanian, khususnya di pulau Jawa, juga bukan alibi untuk tidak 'terjun' ke sektor ini, karena pertanian tidak terbatas hanya pada usaha tani atau budidaya semata, tapi juga meliputi aspek mekanisasi atau penyediaan alat-alat pertanian, agribisnis atau pemasaran hasil pertanian, pengolahan hasil pertanian, penangkaran bibit atau benih, dan masih banyak aspek lain yang semuanya bisa menjadi peluang bagi siapa saja untuk menekuninya.

Gambar, Safriga, sosok pemuda yang sukses dengan usaha pertanian organiknya (Doc. FMT)
Gambar, Safriga, sosok pemuda yang sukses dengan usaha pertanian organiknya (Doc. FMT)
Lahan yang terbatas sebenarnya bukan berarti tidak bisa melakukan kegiatan usaha tani, sistim hidroponik, aquaponik, Tabulampot (tanam buah dalam pot), Tasalamkar (tanam sayur dalam karung), adalah beberapa alternatif budidaya pada lahan terbatas. Kebutuhan alat pertanian baik yang tradisional (manual) maupun modern (otomatis) yang semakin meningkat, juga membuka peluang penyerapan tenaga kerja di bidang produksi maupun disitribusi lata dan mesin pertanian (alsintan). Demikian juga permintaan konsumen akan berbagai produk pangan olahan, akhirnya membuka peluang kerja di bidang pengolahan hasil pertanian.

Bibit atau benih yang menjadi komponen utama dalam budidaya pertanian, juga membuka peluang bagi masyarakat untuk menjadi penangkar bibit atau benih. Meningkatnya kebutuhan bibit dan benih untuk mendukung berbagai program pengembangan komoditi pertanian, juga menjadi peluang usaha bagi mereka yang tidak memiliki lahan pertanian yang luas, karena untuk usaha penangkaran bibit dan benih skala kecil atau menengah, tidak membutuhkan lahan yang luas.

Setiap petani pasti ingin hasil pertanian mereka bisa terserap oleh pasar, dan ini juga membuka peluang usaha untuk menjadi pelaku bisnis hasil pertanian yang mampu menyerap ribuan tenaga kerja, mulai dari menjadi pedagang pengumpul, pedagang kecamatan, kebupaten, provinsi bahkan sampai kepada pelaku usaha ekspor hasil pertanian. 

Limbah pertanian yang selama ini nyaris belum termanfaatkan, juga bisa mejadi peluang usaha bagi mereka yang selama ini mengeluhkan sulitnya mendapatkan lapangan kerja. Dengin sedikit keterampilan mengolah limbah pertanian menjadi pupuk organik padat seperti pupuk kandang, kompos dan bokashi, limbah pertanian itu bisa menjadi 'tambang' untuk mendulang rupiah. Jika limbah pertanian tersebut kemudian di olah menjadi pupuk organik cair, nilai ekonomisnya akan meningkat beberapa kali lipat, apalagi permintaan akan pupuk organik saat ini semakian meningkat seiring dengan fenomena atau tren pertanian organik.

Tidak memiliki lahan? Itu juga bukan berarti tidak bisa melakukan aktifitas di sektor pertanian. Usaha pengolahan hasil pertanian seperti pembuatan keripik, dodol buah, sirup, saus, manisan dan sebagainya adalah peluang usaha di bidang pengolahan hasil pertanian yang tidak membutuhkan lahan luas, dapat dilakukan di rumah sendiri. 

Kita dapat melihat banyak contoh orang-orang tua yang sukses menyekolahkan atau menguliahkan anak-anak mereka dari usaha home industry pengolahan hasil pertanian. Yang mereka tekuni.  Artinya peluang usaha di bidang pengolahan hasil ini, juga seuah peluang untuk meraih sukses, dan peluang itu akan terus terbuka selagi ada kemauan untuk memulainya.

Peluang bagi pemuda

Melihat besarnya peluang usaha di sektor  pertanian, pemerintah melalui Kementerian Pertanian terus berupaya 'menggaet' kalangan muda untuk mau bekerja dan berwirausaha di bidang pertanian.Tenaga kerja di bidang pertanian saat ini memang didominasi usia tua. Karena usia muda lebih senang bekerja di industri yang upahnya lebih pasti ketimbang pertanian. Selain itu, pekerjaan di industri lebih bergengsi tanpa harus berpanas-panasan di lapangan yang hasilnya tergantung dari faktor alam.

Data BPS tahun 2015 mencatat, sektor pertanian lebih didominasi petani dengan usia lanjut. Kelompok petani usia di bawah 34 tahun hanya berjumlah 3,36 juta atau hanya 12,85%, dari total 26,14 juta rumah tangga petani. Selebihnya merupakan petani dengan usia 34 tahun ke atas atau 87,14%. Sementara data lain menyebutkan, usia petani Indonesia pada 2013 terdiri 61,8 persen berusia lebih 45 tahun, 26 persen berusia 35-44 tahun dan 12 persen berusia kurang dari 35 tahun.

Rendahnya minat generasi muda atau pemuda untuk terjun di dunia pertanian dtengarai akibat adanya asumsi salah yang selama ini berkembang di masyarakat , antara lain :

  • Bekerja atau berusaha di bidang pertanian bagi pemuda dianggap kalah 'gengsi' disbanding dengan menjadi pegawai pemerintah atau karyawan swasta. Kondisi ini membuat mereka berebut untuk bisa masuk ke lapangan kerja yang sejatinya pelauangnya sangat terbatas itu.
  • Penghasilan sebagai petani dianggap tidak menjanjikan dan menjamin masa depan mereka, sehingga mereka enggan untuk terjun sebagai petani.
  • Profesi petani hanya pekerjaan informal, menjadi petani sering dianggap bukan sebuah pekerjaan.
  • Menjadi petani dianggap pekerjaan kasar yang sehari-hari hanya bergelut dengan lumpur dan tanah, sehingga muncul asumsi bahwa menjadi petani bukanlah pekerjaan yang bisa dibanggakan.
  • Adanya anggapan bahwa ussaha tani butuh modal yang besar, dan sulit mengakses permodalan dari bank maupun lembaga keuangan lainnya.
  • Adanya anggapan bahwa bertani butuh lahan yang luas, sehingga hanya mereka yang meiliki lahan luas yang bisa menjalankan usaha tani.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun