Mohon tunggu...
Radithyo Kawindra
Radithyo Kawindra Mohon Tunggu... Freelancer - Mengamati, memahami, mengaplikasi kan yang benar

Sedikit bicara, banyak bekerja, selalu belajar untuk menjadi orang jujur dan dapat di percaya semua orang.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Indahnya Kampungku pada Zaman Dahulu

15 Februari 2020   02:33 Diperbarui: 15 Februari 2020   02:33 1405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indahnya kampung ku zaman dahulu (yuridis.id)

Indahnya Kampungku Pada Zaman Dahulu

Mengenang keindahan kampung halaman memang tidak akan pernah bisa seindah pada zaman dahulu. Di mana keadaan kampung masih di penuhi pohon hijau nan rindang di lengkapi dengan habitat burung yang beragam dengan nyanyian nya. 

Rasanya, tak lagi dapat aku ingat semua tempat bermain dan bercanda bersama teman teman sebaya dulu.

Rasanya, hilang sudah semua tradisi dan toleransi yang di ajarkan nenek moyang dan orang tuaku.

Rasanya, tak lagi dapat ku hirup udara segar sesegar dahulu saat tak tersedia bahan bakar pertalit yang menyekit.

Rasanya, tak lagi dapat aku lihat riuh bocah bercanda dan bermain dengan mainan yang di buat dengan properti yang di sediakan alam.


Kemana Kampung Indahku

Dimana tempat bermainku

Kemana peninggalan nenek moyangku

Dimana kutemukan semua itu


Apa yang akan aku wariskan untuk anak  cucuku

Apa yang akan aku ceritakan untuk penerusku

Apa yang akan akau bangggakan pada mereka tentang tanah kelahiran mereka ini

Hilang, hilang, hilang semua keindahan kampung ku yang dahulu sempat aku nikmati sesaat.

Bising suara mesin pembangunan seakan tiada henti, dan gergaji gergaji tajam seakan tiada hentinya menggerogoti pohon pohon hijau ku. Seiring dengan itu, burung burung cantik yang setiap hari menjadi harmoni desa semakin punah dan langka. Seiring dengan itu, semua tradisi dan budaya warisan moyang dan orang tuaku kian memudar dan hilang tanpa pewaris.

Dunia semakin tua, menyisakan sedikit warna dari tumbuhan yang yang tak lagi rindang.

Dunia semakin tua, menyisakan sedikit suara dari burung yang kelaparan.

Dunia semakin tua, menyisakan sedikit simponi dan tradisi dari kakek nenek yang menjiwai.

Lalu seberapa lama lagi yang sedikit ini bertahan,? akankah mereka penerus generasi ku dapat menikmati sisa sisa keindahan ini.

Sobat, ini suara hatiku,

Suara hati yang sedang merindu akan indah nya kampung ku pada zaman dahulu

Suara hati yang takut akan hilangnya tradisi dan harmoni

Suara hati yang takut akan warisan tradisi yang tak dapat ku beri

Kesadaran hati di miliki sedikit jiwa jiwa yang di lahirkan di tanah pedasaan. Mereka lah orang orang yang memiliki rasa bangga dan merindukan semua tradisi dan keindahan warna hijau nya kampung halaman. Tiada yang salah dan tiada pula yang dapat di salah kan. Ini hanya lah roda waktu dari dunia yang terus menua.

Renungkan lah sobat, betapa indah tanah kelahiran mu jika di situ kau dengar suara nyayian kenari cantik nan indah di pagi siang dan senjamu. Renungkanlah sobat, betapa indah tanah kelahiran mu jika di situ kau bisa melihat segudang permainan yang bisa di lakukan bersama teman sebaya mu tanpa bergantung pada jaringan internet.

Bersambung....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun