Ia adalah cerminan dari ketimpangan akses terhadap hunian layak, air bersih, sanitasi, dan ruang hidup yang sehat elemen-elemen yang justru menjadi inti dari SDG 11Sustainable Cities and Comunities
Kumuh, Masalah Lama Wajah Baru
Permukiman kumuh bukanlah fenomena baru. Sejarah mencatat bahwa kota-kota besar dunia seperti Babylon, Roma, hingga London pernah menghadapi tantangan pemukiman tak layak yang muncul seiring derasnya arus urbanisasi.
Hingga hari ini, kawasan kumuh tetap menjadi bagian dari realitas urban di berbagai belahan dunia termasuk di Surabaya.Â
Wilayah-wilayah seperti Kapasari, Tambaksari, Putat Jaya, hingga bantaran sungai dan rel kereta di Jepara dan Dupak menunjukkan bahwa tantangan ini belum sepenuhnya usai.Â
Beberapa di antaranya bahkan berada di jantung kota, berdampingan dengan wilayah yang sudah tertata.
Belajar dari Dunia, Meneropong Surabaya
Surabaya patut belajar dari pengalaman kota Medelln di Kolombia yang awalnya dipuji dunia karena keberhasilannya dengan pendekatan Social Urbanism. Namun dalam implementasinya, kota tersebut justru menghadapi proses gentrifikasi penggusuran terselubung yang menggusur warga miskin demi estetika kota.
Surabaya sendiri telah memiliki sejumlah program strategis seperti Kampung Tematik (sejak 2016), Normalisasi Sungai Kalimas berbasis Eco-Drainage, dan pembangunan Rusunawa (Rumah Susun Sederhana Sewa). Program-program ini menunjukkan komitmen pemerintah kota dalam menjawab tantangan permukiman kumuh secara berkelanjutan.