Mohon tunggu...
Gayuk Zulaika
Gayuk Zulaika Mohon Tunggu... Praktisi Psikolog, Pemerhati dan Pengamat Pendidikan, Organisasi, Klinis, dan juga sebagai Mahasiswa Doktoral

Belajar Terus Pantang Mundur

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Main yang Tidak Main-Main

11 Juni 2025   14:15 Diperbarui: 11 Juni 2025   14:15 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bermain dengan sumber: Freepik.com

5. Keterlibatan Orang Tua dan Komunitas:

Pendidikan harus menjangkau lebih luas, mengajak orang tua dan komunitas untuk memahami pentingnya bermain yang bijak. Workshop, seminar, dan kampanye edukasi dapat meningkatkan kesadaran bahwa waktu bermain bukan hanya hiburan, tetapi juga sarana pembentukan esensial untuk perkembangan anak. Peran orang tua sebagai fasilitator bermain di rumah sama pentingnya dengan peran guru di sekolah.

6. Pemanfaatan Teknologi Secara Bertanggung Jawab:

Pendidikan harus mengajarkan literasi digital yang kuat, termasuk bagaimana menggunakan teknologi untuk bermain secara produktif dan aman. Ini berarti mengajarkan batasan waktu layar, memilih konten permainan yang mendidik, serta mempromosikan permainan fisik dan interaksi sosial di samping permainan digital. Tujuan utamanya adalah memastikan teknologi menjadi alat bantu, bukan pengganti, untuk bermain yang berkualitas.

Dalam semua konteks ini, guru adalah kunci untuk memastikan bahwa setiap kegiatan bermain di sekolah, di rumah, atau di mana pun, adalah "main tapi jangan main-main", penuh tujuan, pembelajaran, dan dampak positif bagi masa depan anak, termasuk fondasi psikologis mereka dan kesiapan mereka untuk terus bermain (secara bermakna) di usia dewasa.

Kontemplasi: Guru, Bermain, dan Masa Depan yang Lebih Cerah

Maka, pada Hari Bermain Sedunia ini, mari kita berkontemplasi: Sudahkah kita memberikan ruang yang cukup bagi anak-anak dan diri kita sendiri untuk bermain? Sudahkah kita, sebagai masyarakat, memahami bahwa bermain bukan sekadar waktu luang, tetapi bekal berharga bagi masa depan? Dan yang terpenting, sudahkah kita para guru, para pendidik, para orang tua, dan bahkan para profesional dewasa, menjadi arsitek bermain yang ulung bagi diri sendiri dan lingkungan sekitar?

Guru bukanlah sekadar penyampai materi pelajaran. Guru adalah penjelajah, penemu, dan pemandu yang berani membiarkan anak-anak berpetualang dalam dunia imajinasi dan penemuan melalui bermain. Mereka adalah seniman yang melukiskan kebahagiaan di wajah anak-anak melalui tawa dan kegembiraan bermain. Mereka adalah penyemai benih kebijaksanaan yang tumbuh subur di ladang permainan.

Mari kita dorong para guru untuk lebih berani mengintegrasikan bermain dalam setiap sendi pembelajaran. Berikan mereka kebebasan untuk berinovasi, untuk menciptakan ruang-ruang bermain yang mendidik, dan untuk melihat setiap anak sebagai individu yang unik dengan potensi tak terbatas yang dapat digali melalui kegembiraan bermain.

Di Hari Bermain Sedunia ini, marilah kita bergandengan tangan, para guru, orang tua, dan seluruh elemen masyarakat, untuk menciptakan ekosistem pendidikan dan kehidupan yang memuliakan bermain. Karena di sanalah, di tengah riangnya tawa dan lincahnya gerak, kita akan menemukan benih-benih kecerdasan, empati, dan keberanian yang akan membentuk generasi emas masa depan. Generasi yang tidak hanya cerdas secara kognitif, tetapi juga kaya secara spiritual, emosional, kreatif, dan berjiwa merdeka, siap menghadapi tantangan global dengan senyum di wajah dan semangat bermain di hati.

Ingatlah selalu, bermain itu penting, bermain itu fundamental, tidak hanya untuk anak-anak tetapi untuk kita semua. Tapi, mari kita pastikan bahwa setiap momen bermain adalah "main tapi jangan main-main," sebuah fondasi serius untuk masa depan yang lebih baik, lengkap dengan dukungan psikologis yang mendalam dan berkelanjutan sepanjang hayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun