Sekalipun diakui sebagai harta paling berharga, tak sedikit orang mengorbankan kesehatannya demi tujuan yang tidak masuk akal. Misalnya, ada banyak orang bergadang malam sehingga kurang tidur yang berefek pada menurunnya stamina tubuhnya. Atau orang-orang bekerja melebihi waktu hingga lupa makan dan olahraga sehingga dirinya mudah diserang penyakit. Bahkan untuk memenuhi ambisi pribadi yang semu, ada orang yang menyalahgunakan narkoba yang dampaknya saat ini telah menjadi bencana kemanusiaan.
Laporan Badan Narkoba Nasional Tahun 2024, data global menunjukkan bahwa penyalahguna narkotika telah mencapai angka 296 juta jiwa, atau setara dengan 5,8% penduduk dunia yang berusia 15-64 tahun. Secara nasional, survei tahun 2023 menunjukkan prevalensi penyalahgunaan narkotika mencapai angka 1,73% atau setara dengan 3,3 juta penduduk berusia 15-64 tahun. Ada pula peningkatan penyalahgunaan narkotika secara signifikan pada kalangan orang muda atau kelompok umur 15-24 tahun. Ngeri kan!
Masifnya penyalahgunaan narkoba telah memantik kesadaran dunia. PBB pun menetapkan setiap tanggal 26 Juni sebagai Hari Anti Narkotika Internasional, sebuah hari menentang penyalahgunaan obat-obatan dan perdagangan obat-obatan ilegal. Gereja Katolik tentu mendukung gerakan ini karena sesuai dengan ajaran Gereja tentang manusia. Nah, kali ini, kita akan memusatkan perhatikan pada ajaran Kitab Suci tentang tubuh manusia. Saya ... dan saya ..., inilah Katekese Awam Komisi KKS KAM pekan keempat Juni 2025!
Tubuh yang Diciptakan
Ada pemikiran yang mengatakan bahwa tubuh adalah penjara jiwa. Ajaran ini meletakkan tubuh atau raga dalam posisi terdakwa karena dianggap menjadikan jiwa kehilangan jatidirinya. Menurut ajaran ini, karena jiwa itu bersifat ilahi dan kekal, sedangkan tubuh bersifat fana dan sementara, keduanya tidak bisa dipesatukan. Jiwa adalah hakikat sejati manusia yang terperangkap dalam tubuh, seperti dalam sebuah penjara. Jiwa sebenarnya merindukan kebebasan dari tubuh untuk kembali ke dunia ilahi.
Pemikiran ini tidak sesuai dengan ajaran Kitab Suci. Dalam Kej 1:26-27 dikatakan, "Berfirmanlah Allah: 'Baiklah Kita menjadikan manusia menurut gambar dan rupa Kita... Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka." Tentu saja yang diciptakan bukan hanya jiwa manusia, tetapi juga tubuhnya. Maka, tubuh manusia juga merupakan bagian dari 'gambar Allah'. Tubuh menjadi sarana kehadiran manusia sebagai citra Allah.
Tubuh manusia diciptakan Allah dengan cara dibentuk menggunakan daya kreativitas ilahi yang luar biasa indah. Hal ini jelas kita lihat dalam Kej 2:7, "Kemudian Tuhan Allah membentuk manusia dari debu tanah, dan menghembuskan napas hidup ke dalam hidungnya. Demikianlah manusia itu menjadi makhluk hidup". Ini sangat berbeda dengan ketika Allah menciptakan ciptaan lain yang hanya berseru, 'Jadilah', maka semuanya jadi. Tubuh manusia, dengan segala kesederhanaan dan keterbatasannya, sungguh Allah pikirkan.
Pemazmur memberikan gambaran yang indah tentang penciptaan tubuh kita. "Sesungguhnya, Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku. Aku bersyukur kepada-Mu sebab aku dijadikan dengan dahsyat dan ajaib. Betapa ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya" (Mzm 139:13-14). Ungkapan puitis ini menjelaskan bahwa tubuh manusia adalah ciptaan ajaib dan berharga sejak dalam kandungan. Begitu indah sehingga pemazmur pun takjub karenanya.
Katekismus Gereja Katolik art. 364 menegaskan, tubuh manusia mengambil bagian pada martabat keber-ada-an menurut citra Allah. Manusia, yang satu jiwa maupun raganya, melalui kondisi badaniahnya sendiri menghimpun unsur-unsur dunia jasmani dalam dirinya, sehingga melalui dia unsur-unsur itu mencapai tarafnya tertinggi, dan melambungkan suaranya untuk dengan bebas memuliakan Sang Pencipta. Karena itu manusia tidak boleh meremehkan hidup jasmaninya tetapi wajib memandang baik serta layak dihormati.
Tubuh sebagai Bait Roh Kudus
Keluhuruhan penciptaan Allah menjadikan tubuh bukanlah seonggok daging sekalipun dibentuk dari debu tanah yang rapuh. Tubuh manusia juga bukan sekadar ruang kosong tempat jiwa singgah sementara sebelum kembali ke status abadinya. Tubuh adalah bait Allah seperti disebut Rasul Paulus. "Tidak tahukah kamu bahwa tubuh kamu semua adalah bait Roh Kudus yang tinggal di dalam kamu, Roh yang kamu peroleh dari Allah. Karena itu muliakanlah Allah dengan tubuhmu" (1 Kor 6:19-20).
Tubuh adalah milik Allah yang harus dipelihara dengan menghormatinya sebagai bait Roh Kudus. Hal itu berarti bahwa Tuhanlah yang bersemayam dalam tubuh. Merusak tubuh dengan berbagai sikap dan tindakan buruk menghina Allah sendiri. Sebab, dalam 1 Kor 3:16-17 dikatakan, "Tidak tahukah kamu bahwa kamu sekalian adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, Allah akan membinasakan dia. Sebab, bait Allah itu kudus dan bait Allah itu ialah kamu sekalian.
Lalu apa yang harus kita lakukan dengan tubuh? Sebagai baik Roh Kudus, kita harus menjadikan tubuh sebagai sarana beriman kepda Allah. Paulus berpesan, "Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Rom 12:1). Tubuh bukan hanya untuk kepentingan duniawi, melainkan untuk dipersembahkan kepada Allah sebagai bentuk ibadah.
Menghayati tubuh sebagai bait Allah dapat kita lakukan dengan 'menjauhkan diri dari percabulan, sebab orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap tubuhnya sendiri' (1 Kor 6:18). Makna percabulan secara luas tentu saja semua tindakan yang mengakibatkan tubuh mengalami kerusakan, seperti rintihan pemazmur, "Tidak ada yang sehat pada tubuhku, tidak ada yang nyaman pada tulang-tulangku oleh karena dosaku, sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku, seperti beban yang terlalu berat bagiku" (Mz 38:4-5).
Maka, penting kita hayati nasihat Amsal ini, "Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku, janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka" (Ams 4:20-22). "Janganlah engkau menganggap dirimu bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan. Itulah yang akan memulihkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu" (Ams 3:7-8).
Tubuh yang Dibangkitkan
Betapa penting menjaga kekudusan tubuh karena keberadaan kita dengan tubuh yang fana terarah kepada hidup yang kekal bersama Allah dalam kerajaan-Nya. Setiap kali merayakan ekaristi dan mengucapkan dengan lantang Syahadat, kita menyatakan satu bagian terpenting dalam keyakinan iman kita, yaitu 'kebangkitan badan dan kehidupan kekal'. Tubuh memiliki tujuan ilahi. "Dengan tubuhnya manusia mengambil bagian dalam terang dan kemuliaan Allah" (KGK 1004).
Kebangkitan badan dinyatakan dengan jelas dalam Yesaya 26:19, "Orang-orangmu yang mati akan hidup kembali, mayat-mayatku akan bangkit. Hai kamu yang tinggal dalam debu, bangkit dan bersoraklah!". Namun, kebangkitan badan hanya bagi mereka yang merawat dan memelihara tubuhnya. Dalam Daniel 12:2, dikatakan "Banyak dari antara orang-orang yang tidur di dalam debu tanah akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk menerima kehinaan dan kengerian yang kekal".
Yesus juga telah membuktikan kepada kita bahwa tubuh tidak tinggal dalam bumi. Ia bangkit dari kubur dengan seluruh tubuh manusiawi-Nya. Inilah kesaksian Para Rasul sebagaimana dikatakan Petrus, "Mesias tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi" (Kis 2:31-32). Yesus pun akan memberi hidup kekal dan membangkitkan pada akhir zaman semua orang yang percaya kepada-Nya (bdk. Yoh 6:40).
Jelaslah bahwa "Tubuh manusia tidak dapat dipandang semata sebagai benda, melainkan sebagai bagian dari pribadi yang memiliki martabat dan panggilan etis", sebagaimana dikatakan Santo Yohanes Paulus II dalam Veritatis Splendor. Untuk itu, marilah kita menjaga tubuh terpelihara sempurna dengan tidak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita (bdk. 1 Tes 5:23). Mari kita kuasai diri dengan menghindari semua kecenderungan buruk yang merusak tubuh sebagai bait Allah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI