Tubuh adalah milik Allah yang harus dipelihara dengan menghormatinya sebagai bait Roh Kudus. Hal itu berarti bahwa Tuhanlah yang bersemayam dalam tubuh. Merusak tubuh dengan berbagai sikap dan tindakan buruk menghina Allah sendiri. Sebab, dalam 1 Kor 3:16-17 dikatakan, "Tidak tahukah kamu bahwa kamu sekalian adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam di dalam kamu? Jika ada orang yang membinasakan bait Allah, Allah akan membinasakan dia. Sebab, bait Allah itu kudus dan bait Allah itu ialah kamu sekalian.
Lalu apa yang harus kita lakukan dengan tubuh? Sebagai baik Roh Kudus, kita harus menjadikan tubuh sebagai sarana beriman kepda Allah. Paulus berpesan, "Saudara-saudara, oleh kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus, dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati" (Rom 12:1). Tubuh bukan hanya untuk kepentingan duniawi, melainkan untuk dipersembahkan kepada Allah sebagai bentuk ibadah.
Menghayati tubuh sebagai bait Allah dapat kita lakukan dengan 'menjauhkan diri dari percabulan, sebab orang yang melakukan percabulan berdosa terhadap tubuhnya sendiri' (1 Kor 6:18). Makna percabulan secara luas tentu saja semua tindakan yang mengakibatkan tubuh mengalami kerusakan, seperti rintihan pemazmur, "Tidak ada yang sehat pada tubuhku, tidak ada yang nyaman pada tulang-tulangku oleh karena dosaku, sebab kesalahanku telah menimpa kepalaku, seperti beban yang terlalu berat bagiku" (Mz 38:4-5).
Maka, penting kita hayati nasihat Amsal ini, "Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu kepada ucapanku, janganlah semuanya itu menjauh dari matamu, simpanlah itu di lubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi kehidupan bagi mereka yang mendapatkannya dan kesembuhan bagi seluruh tubuh mereka" (Ams 4:20-22). "Janganlah engkau menganggap dirimu bijak, takutlah akan Tuhan dan jauhilah kejahatan. Itulah yang akan memulihkan tubuhmu dan menyegarkan tulang-tulangmu" (Ams 3:7-8).
Tubuh yang Dibangkitkan
Betapa penting menjaga kekudusan tubuh karena keberadaan kita dengan tubuh yang fana terarah kepada hidup yang kekal bersama Allah dalam kerajaan-Nya. Setiap kali merayakan ekaristi dan mengucapkan dengan lantang Syahadat, kita menyatakan satu bagian terpenting dalam keyakinan iman kita, yaitu 'kebangkitan badan dan kehidupan kekal'. Tubuh memiliki tujuan ilahi. "Dengan tubuhnya manusia mengambil bagian dalam terang dan kemuliaan Allah" (KGK 1004).
Kebangkitan badan dinyatakan dengan jelas dalam Yesaya 26:19, "Orang-orangmu yang mati akan hidup kembali, mayat-mayatku akan bangkit. Hai kamu yang tinggal dalam debu, bangkit dan bersoraklah!". Namun, kebangkitan badan hanya bagi mereka yang merawat dan memelihara tubuhnya. Dalam Daniel 12:2, dikatakan "Banyak dari antara orang-orang yang tidur di dalam debu tanah akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk menerima kehinaan dan kengerian yang kekal".
Yesus juga telah membuktikan kepada kita bahwa tubuh tidak tinggal dalam bumi. Ia bangkit dari kubur dengan seluruh tubuh manusiawi-Nya. Inilah kesaksian Para Rasul sebagaimana dikatakan Petrus, "Mesias tidak ditinggalkan di dalam dunia orang mati, dan daging-Nya tidak mengalami kebinasaan. Yesus inilah yang dibangkitkan Allah, dan tentang hal itu kami semua adalah saksi" (Kis 2:31-32). Yesus pun akan memberi hidup kekal dan membangkitkan pada akhir zaman semua orang yang percaya kepada-Nya (bdk. Yoh 6:40).
Jelaslah bahwa "Tubuh manusia tidak dapat dipandang semata sebagai benda, melainkan sebagai bagian dari pribadi yang memiliki martabat dan panggilan etis", sebagaimana dikatakan Santo Yohanes Paulus II dalam Veritatis Splendor. Untuk itu, marilah kita menjaga tubuh terpelihara sempurna dengan tidak bercacat pada kedatangan Yesus Kristus, Tuhan kita (bdk. 1 Tes 5:23). Mari kita kuasai diri dengan menghindari semua kecenderungan buruk yang merusak tubuh sebagai bait Allah.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI